HAIJOGJA.COM – Segoro Amarto Reborn tidak sekadar hadir sebagai motif batik baru, namun juga menjadi lambang semangat gotong royong khas masyarakat Yogyakarta.

Motif ini diperkenalkan kembali oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dengan mengusung simbol-simbol khas kota seperti Tugu Jogja, pulpen, sawo kecik, dan pohon asam.

Simbol-simbol ini mengandung filosofi mendalam tentang kehidupan dan pentingnya pendidikan.

Batik Segoro Amarto Reborn direncanakan akan dikenakan oleh para ASN serta para pelajar dari jenjang SD hingga SMP di Yogyakarta.

Dalam motif batik ini, terdapat unsur-unsur klasik seperti motif Parang yang melambangkan derajat tinggi, serta motif Kawung yang bermakna harmoni dan keseimbangan alam.

Dilansir dari Kompas, menurut Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi, dan UKM Kota Yogyakarta, Tri Karyadi Riyanto Raharjo, desain baru batik ini merupakan hasil karya tiga perajin pemenang lomba motif Segoro Amarto Reborn.

Desain tersebut mencerminkan identitas kota, seperti gunungan, Tugu Jogja, pohon asam, lampu, burung, serta pulpen sebagai simbol kota pelajar, dan sawo kecik yang semuanya telah didaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) atas nama Pemkot Yogyakarta.

Pemkot juga menggandeng Koperasi Merah Putih yang beranggotakan hampir 100 pengrajin batik untuk menjadi ujung tombak produksi dan distribusi motif ini.

Koperasi tersebut akan menyediakan bahan baku dan memfasilitasi pemasaran, serta membina lima koperasi kecil sebagai upaya pemerataan ekonomi.

Sementara itu, Aruman, salah satu pemenang lomba desain motif, menyampaikan bahwa desain batiknya disempurnakan dengan bantuan kurator.

Ia menggabungkan simbol-simbol kota seperti Tugu Jogja, buku, pulpen, pelso bulu 10, truntum, dan canting sebagai representasi Yogyakarta sebagai kota batik dunia.

Penambahan elemen asam jawa dan sawo kecik menjadi bentuk penyegaran dari motif lama.

Aruman berharap, regulasi yang mendukung motif baru ini bisa mendorong kebangkitan produk lokal dan meningkatkan perekonomian masyarakat Yogyakarta.