Perayaan Waisak 2025 di Candi Borobudur Angkat Tema Kedamaian Dunia dan Toleransi Umat Beragama
HAIJOGJA.COM – Perayaan Tri Suci Waisak 2569 BE/2025 di Candi Borobudur dipastikan akan berlangsung lebih meriah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Mengusung tema “Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan, Mewujudkan Kedamaian Dunia” serta subtema “Bersatu, Mewujudkan Damai Waisak untuk Kebahagiaan Semua Makhluk”, panitia berharap perayaan ini mampu menyebarkan semangat damai ke seluruh penjuru.
Menurut Wakil Ketua Panitia Nasional Waisak, Karuna Murdaya, tema tersebut dipilih untuk menanggapi situasi global yang kurang stabil.
βIni adalah salah satu prinsip paling dasar di agama Buddha juga sih, bahwa pengendalian diri itu sangat penting dan kebijaksanaan. Jadi kita fokuskan ke dasar-dasar agama Buddha juga,β ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (8/5), dikutip dari Kumparan.
Ia menekankan bahwa nilai-nilai pengendalian diri dan kebijaksanaan merupakan inti ajaran Buddha, yang juga relevan bagi seluruh umat manusia tanpa memandang agama.
Rangkaian kegiatan perayaan Waisak telah dimulai sejak 4 Mei 2025, termasuk aksi sosial membersihkan Taman Pahlawan dan berbagai upacara dari beragam tradisi Buddhis seperti Kaju Monlam dan Nigma Monlam.
Acara ini turut melibatkan biksu dari berbagai negara, termasuk Tibet, India, dan Eropa.
Puncak kegiatan sosial dijadwalkan pada 10β11 Mei, berupa layanan kesehatan gratis untuk 7.000β8.000 pasien, mencakup operasi katarak, bedah ringan, pengobatan gigi, dan pemasangan gigi palsu.
Prosesi utama Waisak akan digelar pada 12 Mei 2025, dimulai dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur pada pukul 14.00 hingga 16.00 WIB.
Malam harinya, 2.569 lampion akan diterbangkan untuk memperingati Waisak ke-2569, dilanjutkan dengan sembahyang bersama, meditasi, dan pertemuan seluruh aliran Buddhis hingga detik-detik Waisak pada pukul 23.55.29 WIB.
Tiket untuk menerbangkan lampion telah ludes sejak awal Maret, namun masih tersedia tiket untuk menonton acara tersebut.
Tahun ini juga akan diramaikan dengan pertunjukan drone show yang menampilkan 450 drone.
Pemerintah dan masyarakat lokal turut dilibatkan secara aktif dalam perayaan ini.
Karuna mencatat bahwa sekitar 85 persen pengunjung justru berasal dari luar komunitas Buddhis, mayoritas umat Islam, mencerminkan semangat toleransi dan kerukunan yang tinggi.
Bhante Victor Jaya Kusuma, Ketua DPP Keluarga Cendekiawan Buddhis Indonesia (KCBI), menegaskan bahwa Waisak merupakan momentum untuk meneladani welas asih dan kebijaksanaan Siddharta Gautama.
Nilai spiritual tersebut diwujudkan melalui kegiatan sosial dan ritual suci seperti meditasi serta pengambilan api dan air dari Candi Mendut.
Bhante juga menyoroti Candi Borobudur sebagai simbol kerukunan antarumat beragama.
Ia menekankan bahwa harmoni dan toleransi yang terjalin di Indonesia selama lebih dari tiga dekade bahkan telah menjadi contoh bagi negara lain seperti India.