HAIJOGJA.COM – Kota Yogyakarta merayakan hari jadinya yang ke-269 pada hari ini dengan suasana yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tak ada pesta meriah atau kemeriahan berlebihan semua dilakukan dengan sederhana.

Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta memilih untuk menggelar rangkaian kegiatan yang lebih hemat anggaran, sejalan dengan arahan dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Salah satu yang paling mencolok, acara unggulan Wayang Jogja Night Carnival (WJNC) tahun ini resmi ditiadakan.

“Di hari jadi Kota Jogja yang ke-269 yang jatuh besok pagi (hari ini), tentu kami mendapatkan amanah untuk tidak foya-foya,” ujar Wali Kota Jogja, Hasto Wardoyo, saat ditemui usai menghadiri acara di Kota Jogja, Senin (6/10/2025), diutip dari Detik.

Kota Jogja Rayakan Ulang Tahun ke-269 Tanpa WJNC

Sejak pertama kali digelar pada tahun 2016, WJNC selalu menjadi acara puncak peringatan HUT Kota Jogja yang digelar setiap 7 Oktober di kawasan Tugu. Karnaval jalanan bertema pewayangan ini dikenal memadukan seni koreografi, busana, musik kontemporer, hingga tata cahaya yang megah. Peserta dari 14 kemantren di Kota Jogja turut ambil bagian, bahkan beberapa tahun terakhir juga melibatkan seniman dari luar daerah.

Namun tahun ini, WJNC ditiadakan. Hasto menjelaskan, keputusan tersebut diambil karena pertimbangan efisiensi anggaran sekaligus menjaga suasana tetap kondusif sesuai arahan Kemendagri.

“Iya (WJNC) kita batalkan, karena memang kenyataannnya kita juga efisiensi. Itu supaya tidak memancing hal-hal yang menimbulkan kecemburuan sosial,” jelas Hasto saat ditemui usai menghadiri acara di Kota Jogja, Jumat (12/9).

Ia menambahkan, Mendagri terus mengingatkan agar pemerintah daerah tidak menampilkan euforia atau kemewahan yang berlebihan di tengah upaya penghematan anggaran.

Perayaan yang Lebih Bermakna

Meski tanpa karnaval megah, Pemkot Yogyakarta tetap menyiapkan sejumlah kegiatan untuk memeriahkan HUT ke-269 ini. Hasto menyebut, perayaan kali ini menjadi momentum untuk memperkuat komitmen mewujudkan kota yang bersih, rapi, dan tertib.

“Ini bukan sekadar perayaan, tetapi janji kita bersama untuk menghadirkan suasana kota yang lebih sistemik, bersih, rapi, dan tertib,” ujarnya di Balai Kota Jogja, Jumat (3/10).

HUT Ke 269 Kota Yogyakarta
HUT Ke 269 Kota Yogyakarta

Link Download Logo HUT ke-269 Kota Yogyakarta

Salah satu kegiatan utama adalah uji coba Malioboro full pedestrian pada 7 Oktober. Selama 24 jam, akses jalan Malioboro akan ditutup total untuk kendaraan, dengan akses terbatas bagi warga sekitar.

Selain itu, akan ada panggung hiburan rakyat yang menampilkan para pengamen di beberapa titik atraksi seperti Pasar Beringharjo, eks Hotel Mutiara, Malioboro Mall, kompleks Kepatihan, dan Teras Malioboro.

Satpol PP juga diterjunkan untuk menjaga ketertiban dan memastikan kawasan kota tetap tertib dan nyaman.

Hasto menegaskan, sejak Oktober ini, Pemkot menargetkan Yogyakarta bebas dari pengemis dan penelantaran ODGJ (orang dengan gangguan jiwa).

Lomba Mural Bertema “Jogja Berbudaya, Jogja Bersih”

Selain itu, pemerintah juga mengadakan lomba mural sebagai bentuk kampanye kebersihan dan keindahan kota. Lomba ini digelar mulai Jumat (3/10) dengan dua kategori SMP/MTs dan SMA/SMK/MA.

Untuk tingkat SMP/MTs, ada 55 tim dari 38 sekolah, sedangkan kategori SMA/SMK/MA diikuti 6 tim dari 5 sekolah.

“Temanya dalam rangka Jogja Berbudaya, Jogja Bersih, itu yang paling utama,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Jogja, Budi Santosa Asrori saat meninjau pelaksanaan lomba mural, Sabtu (4/10).

Ia mengaku pelaksanaan lomba mural ini cukup menantang karena waktu persiapan yang terbatas dan kesulitan mencari lokasi yang sesuai. Lomba digelar di tujuh titik, yakni di Jalan Wardhani, Kahar Muzakir, Ngeksigondo, Suryopranoto, Letjen Suprapto, KH Ahmad Dahlan, dan Jalan Taman Siswa.

“Harapannya nanti bisa diperluas ke lokasi lain. Tapi memang cari tempat yang cocok itu tidak mudah,” pungkasnya.

Secara keseluruhan, perayaan ulang tahun ke-269 Kota Jogja tahun ini mungkin tak semeriah biasanya, namun justru sarat makna menjadi simbol perubahan menuju kota yang lebih tertib, efisien, dan berbudaya.