HAIJOGJA.COM – Grup musik unik asal Yogyakarta, Poem Bengsing, baru saja menggelar konser tunggal sekaligus meluncurkan album perdana mereka berjudul Blendrang di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Selasa (30/9/2025) malam.

Album ini menjadi penegasan identitas Poem Bengsing yang selalu tampil dengan gaya di luar kebiasaan di setiap panggungnya.

Pengarah Musik Poem Bengsing, Ardhani Julian Krisna atau akrab disapa Tholi, mengungkapkan bahwa ada sembilan lagu dalam album Blendrang.

Menariknya, karya-karya tersebut tidak terpaku pada satu aliran musik tertentu.

Konser Tunggal Poem Bengsing di TBY

“Menariknya ini berasal dari berbagai genre musik baik dangdut, pop, rock, punk ataupun campursari. Setidaknya sudah bisa ditebak, ini yang dimaksud dengan Blendrang,” ungkapnya, Rabu (1/10/2025), dikutip dari Kr Jogja..

Tholi kemudian menjelaskan makna Blendrang yang diambil dari istilah Jawa.

Kata ini biasanya merujuk pada sayur atau masakan yang dimasak berulang kali hingga tercampur dengan lauk lain, sesuatu yang akrab dilakukan masyarakat pedesaan, khususnya para ibu rumah tangga.

“Jangan (sayur) nget-ngetan (dipanaskan), semakin dinget biasanya rasa sayur itu akan lebih tebal dan nikmat. Sebagai ‘jangan nget-ngetan’, Blendrang akan mendapati kualitas rasa yang lebih lengkap dan matang. Rasa asin, gurih, pedas, manis akan menjadi satu dan menghasilkan rasa makanan yang kompleks,” sambungnya.

Kalau diibaratkan rasa, Tholi menyebutnya sebagai perjalanan hidup yang penuh pahit-manis, sebuah proses yang membentuk kedewasaan diri.

Semangat itu dituangkan dalam album Blendrang yang berisi sembilan lagu, masing-masing menjadi sketsa perjalanan hidup manusia.

Album ini dimulai dengan kisah masa kecil lewat lagu Keluarga Pinus dan Pamanku Pahlawanku.

Lalu berlanjut ke masa remaja yang penuh pencarian diri, tergambar dalam lagu Kencangkan Tali Sepatumu dan Kangslupan Sencaki.

Saat dewasa, kisah asmara dan kesetiaan hadir lewat Blendrang, Mengetuk Hati Ikan, dan Selayang Rindu Pandang.

Akhirnya, perjalanan ditutup dengan nuansa penantian dan misteri dalam Sepasang Tanya serta Sir.

“Mengalami sekian pengalaman, bercampur banyak perasaan perjalanan untuk nyinau lara, mupuk tresna,” tambahnya..

Poem Bengsing sendiri lahir pada 30 September 2022, berawal dari sekumpulan pekerja panggung di balik layar.

Meski bukan tumbuh dari skena musik, mereka menjadikan musik sebagai ruang untuk bersenang-senang sekaligus mempererat silaturahmi.

Nama mereka juga penuh permainan kata yaitu Poem berarti puisi, Beng plesetan dari “band”, dan Sing berarti menyanyi.

Jadilah sebuah band yang “bernyanyi lewat puisi,” sekaligus plesetan dari Pom Bensin—tempat mengisi bahan bakar kendaraan.

“Proses membuat lagu dimulai lewat celetukan judul saat ngobrol ngalor-ngidul. Judul sudah ada, baru dibuat lirik dan musiknya. Setidaknya tabungan judul lagu sampai saat ini sudah ada 40an judul,” jelasnya.

Pentas Blendrang juga semakin hidup dengan hadirnya sejumlah seniman Jogja, mulai dari Kukuh Prasetya Kudamai, Seteng Sadja, Elyandra Widharta, Danu Anggada, hingga Hanif.

Mereka ikut meramaikan panggung lewat pembacaan puisi, tarian, dan nyanyian. Sementara itu, penulis puisi Fahruaddin turut menghadirkan tiga karya—Kerawuhan Angen-Angen, Tak Hingga Awalnya, dan Coba Cari—yang dibacakan sebagai penghubung antar lagu.

Ia merespons kata Blendrang serta idiom nget-ngetan, lalu menuangkannya menjadi prosa dan puisi di pertunjukan tersebut.