HAIJOGJA.COM – Perputaran Bumi yang makin cepat kembali jadi sorotan publik.

Tahukah kamu bahwa tanggal yang disebut-sebut fenomenal adalah Selasa, 5 Agustus 2025?

Ya, hari itu diperkirakan akan jadi hari terpendek sepanjang tahun.

Mengapa demikian? Karena menurut laporan dari Live Science, Bumi akan menyelesaikan satu putaran penuh sedikit lebih cepat dari biasanya.

Selisihnya memang kecil, hanya sekitar 1,25 sampai 1,52 milidetik lebih singkat dari durasi normal satu hari, yaitu 86.400 detik atau 24 jam.

Walaupun perubahan waktunya sangat tipis, para ilmuwan tetap menganggapnya serius karena ini menandakan adanya perubahan rumit dalam sistem rotasi Bumi.

Hal ini bukan pertama kalinya Bumi mengalami percepatan seperti ini, lho.

Hal serupa juga pernah terjadi pada rekor sebelumnya yaitu tercatat pada 5 Juli 2024, dengan percepatan 1,66 milidetik, lalu terjadi lagi pada 9 dan 22 Juli 2025.

Meski fenomena ini nyata, manusia tidak akan merasakannya secara langsung dalam aktivitas sehari-hari.

Matahari tetap terbit dan terbenam seperti biasa, dan waktu terasa berjalan normal.

Tapi bagi sistem yang butuh presisi ekstrem, seperti satelit navigasi, jam atom, hingga teknologi digital lainnya, perubahan kecil ini sangat penting.

Dikutip dari CNN, menyebutkan jika tren percepatan ini terus berlanjut, ilmuwan mungkin akan mempertimbangkan penyesuaian berupa “detik kabisat negatif” sekitar tahun 2029.

Artinya, satu detik akan dihilangkan dari sistem waktu dunia demi menyesuaikan diri dengan rotasi Bumi yang makin cepat.

Hal ini tentunya sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

4 Fakta 5 Agustus 2025 Jadi Hari Tersingkat

Fenomena ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor alam, di antaranya:

  • Tarikan gravitasi Bulan

Posisi Bulan yang berubah-ubah, kadang lebih dekat ke kutub daripada ke ekuator, bisa memengaruhi tarikan gravitasinya terhadap Bumi.

Hal ini berpotensi mempercepat rotasi, sehingga hari terasa lebih singkat.

  • Perubahan di dalam inti Bumi

Kedua, inti Bumi yang terdiri dari logam cair seperti besi dan nikel terus bergerak.

Gerakan ini, ditambah dengan aktivitas gempa dan pergeseran massa di dalam Bumi, bisa mengubah kecepatan rotasi secara halus.

  • Mencairnya es di kutub

Pencairan es di kutub utara dan selatan menyebabkan air tersebar lebih luas ke lautan, mengubah distribusi berat Bumi.

Akibatnya, momentum rotasi pun ikut bergeser.

  • Perubahan atmosfer musiman

Perubahan pola angin, tekanan udara, dan fenomena iklim seperti El Nino dan La Nina juga bisa memengaruhi rotasi Bumi, walau dampaknya kecil.

Distribusi massa di atmosfer berkontribusi pada percepatan atau perlambatan rotasi.

Dampak Hari Terpendek bagi Indonesia

Walaupun durasi hari pada 5 Agustus 2025 diprediksi lebih singkat hanya dalam hitungan milidetik, masyarakat Indonesia tidak akan merasakan perbedaannya dalam aktivitas harian.

Rutinitas seperti bekerja, tidur, hingga bepergian tetap berjalan normal seperti biasa.

Tetapi, hal ini bisa berdampak pada sistem teknologi yang bergantung pada akurasi waktu.

Contohnya, GPS dan navigasi satelit bekerja dengan sinkronisasi waktu tingkat tinggi sehingga perubahan sekecil apa pun bisa memengaruhi keakuratan posisi.

Begitu pula dengan jaringan telekomunikasi seperti 5G, yang membutuhkan waktu yang sinkron hingga mikrodetik agar tetap stabil dan efisien.

Sistem kelistrikan nasional juga memanfaatkan data waktu presisi untuk menjaga distribusi energi tetap seimbang.

Di luar aspek teknis, fenomena ini sekaligus membuka mata tentang kondisi lingkungan.

Percepatan rotasi salah satunya dipicu oleh mencairnya es kutub akibat pemanasan global.

Bagi Indonesia yang dikelilingi laut, ancaman naiknya permukaan air menjadi perhatian serius.

Karena itu, peristiwa ini bisa jadi pengingat untuk lebih peduli pada kelestarian lingkungan, menekan emisi karbon, dan mendorong aksi nyata menghadapi perubahan iklim.

Walau hari terpendek tak mengubah keseharian kita, dampaknya tetap nyata dalam sistem yang mengatur kehidupan modern.