HAIJOGJA.COM – Pasar Rakyat Indonesia 2025 secara resmi dibuka oleh Fadli Zon, Menteri Kebudayaan Indonesia, di Cape Town, Afrika Selatan.

Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Cape Town, dengan dukungan dari Kementerian Kebudayaan, mengatur acara tahunan ini, yang merupakan kesempatan penting untuk mengenalkan budaya Nusantara kepada masyarakat Afrika Selatan.

Fadli menyatakan dalam sambutannya pada hari Minggu, 2 November 2025, bahwa hubungan antara Indonesia dan Afrika Selatan memiliki sejarah yang panjang.

Ia menyinggung peran Syekh Yusuf Al-Makassari, tokoh asal Indonesia yang diasingkan ke Cape Town pada 1694, sebagai jembatan awal hubungan budaya kedua bangsa.

Pasar Rakyat Indonesia 2025 di Cape Town

“Indonesia dan Afrika Selatan memiliki akar sejarah yang panjang dan mendalam. Tokoh seperti Syekh Yusuf Al-Makassari, yang diasingkan ke Cape Town pada tahun 1694, menjadi jembatan awal hubungan budaya antara kedua bangsa,” ujar Fadli, dalam keterangan tertulis, Minggu (2/11/2025), dikutip dari Detik.

Tari Saman, musik angklung, kursus membatik, dan makanan khas Nusantara adalah beberapa acara Pasar Rakyat Indonesia.

Fadli mengatakan bahwa acara ini tidak hanya mempromosikan budaya dan makanan, tetapi juga menunjukkan persahabatan antara bangsa dan generasi yang telah terjalin selama berabad-abad.

Selain itu, dia menekankan bahwa semangat kerja sama antara Indonesia dan Afrika Selatan semakin kuat, yang didasarkan pada prinsip-prinsip Konferensi Asia-Afrika Bandung tahun 1955 yang menekankan perdamaian, kesetaraan, dan solidaritas.

Kini, kedua negara terus bekerja sama, termasuk dalam bidang kebudayaan, melalui forum global seperti G20 dan BRICS.

Menurut Fadli, Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk memajukan kebudayaan nasional di tengah arus globalisasi di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.

Selain itu, Kementerian akan memastikan bahwa masyarakat memiliki kebebasan untuk mengembangkan nilai-nilai budaya mereka sendiri, sebagaimana diatur dalam Pasal 32 ayat 1 UUD 1945.

“Budaya adalah soft power bangsa. Melalui dialog antarbudaya, kita bisa membangun harmoni, kreativitas, dan inovasi yang berakar dari warisan leluhur,” ungkapnya.

“Komunitas keturunan Indonesia di Cape Town atau Cape Malay yang jumlahnya sangat besar, bahkan Menteri Kebudayaan Afrika Selatan Gayton McKenzie menyebut jumlahnya saat ini adalah 2,7 juta, merupakan bukti ikatan persaudaraan kedua negara yang sangat kuat,” sambungnya.

Selain itu, Fadli mengajak orang-orang dalam pidatonya untuk merenungkan posisi Indonesia dalam sejarah peradaban dunia.

Ia menyatakan bahwa Indonesia memiliki 1.340 kelompok etnis, 718 bahasa daerah, dan lebih dari 2.200 unsur warisan budaya takbenda yang dicatat.

Selain itu, Indonesia memainkan peran penting dalam sejarah manusia karena 60% fosil Homo erectus di dunia ditemukan di Nusantara, bersama dengan banyak situs prasejarah seperti Leang Karampuang di Sulawesi Selatan, Lida Ajer di Sumatra, dan Sangkulirang-Mangkalihat di Kalimantan Timur.

“Budaya adalah kekuatan lunak (soft power) bangsa. Melalui dialog antarbudaya, kita membangun keharmonisan, kreativitas, dan inovasi yang berakar pada warisan budaya bangsa,” kata Fadli.

Selain Pasar Rakyat, Cape Town juga akan menjadi tuan rumah Festival Film Indonesia, yang menayangkan film-film karya sineas Tanah Air seperti Jumbo dan Sore.

“Jika dunia mengenal teori Out of Africa, maka kita dapat pula merenungkan perspektif Out of Nusantara-bahwa Nusantara bukan sekadar saksi, melainkan bagian aktif dari sejarah dan perkembangan peradaban dunia,” jelas Fadli.

Dengan 151 film dirilis pada 2024, meraih lebih dari 80 juta penonton, dan menguasai 70% pangsa pasar domestik, Fadli menyoroti kemajuan pesat industri film nasional.

Hingga Oktober 2025, jumlah penonton telah mencapai 77 juta. Pada tahun 2027, industri film diproyeksikan berkontribusi sebesar USD 9,8 miliar terhadap PDB nasional.

“Per Oktober 2025, jumlah penonton telah melampaui 77 juta, dengan proyeksi kontribusi hingga USD 9,8 miliar terhadap PDB nasional pada 2027,” kata Fadli.

Selain itu, Fadli mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang terlibat dalam acara tersebut, termasuk komunitas Cape Malay dan diaspora Indonesia.

Sekitar 4.000 orang datang ke Indonesian Folk Market tahun ini, yang terdiri dari warga lokal, orang Indonesia di Afrika Selatan, dan orang Cape Malay.

“Semoga semangat solidaritas, persaudaraan, dan persahabatan antara Indonesia dan Afrika Selatan terus tumbuh dan terjalin, membawa manfaat bagi kedua bangsa,” pungkasnya.