HAIJOGJA.COM – Dengan tema Eling Awakness, Pameran Nandur Srawung edisi ke-12 kembali diselenggarakan di Taman Budaya Yogyakarta.

Pameran seni rupa kontemporer ini ditawarkan sebagai tempat alternatif di mana orang dapat menanggapi dan merefleksikan kompleksitas zaman, baik dari segi rasa maupun struktur.

Pameran ini mendorong penonton untuk mengaktifkan kembali kepekaan batin mereka, menghubungkan hubungan yang pernah terputus, dan memberi waktu untuk merenungkan tubuh, waktu, dan dunia yang terus bergerak.

Nandur Srawung XII Digelar di TBY

Menurut Sujud Hartanto, kurator pameran, Nandur Srawung memiliki akar unik.

Ini awalnya disebut sebagai “rupa-rupa seni rupa”, sebelum menjadi nama pameran tahunan.

Menurutnya, yang membedakan Nandur Srawung adalah semangat kolektifnya sebuah upaya bersama untuk merespons kondisi zaman lewat refleksi bersama. Pameran ini juga terbuka bagi berbagai pandangan, gagasan, dan kontribusi.

“Sesuai namanya Nandur Srawung adalah rumah bersama dari pecinta seni, masyarakat, seniman dan budayawan bersama Taman Budaya Yogyakarta. Kehadirannya dinilai sangat sosial dan kultural serta pertarungan wadah dan budaya,” ujarnya, dikutip dari RRI.

Sementara itu, seniman Tito menambahkan, istilah eling dalam khazanah Jawa merujuk pada kesadaran yang menyeluruh, bukan sekadar kehadiran fisik, tetapi juga batiniah.

Ia menekankan bahwa konsep ini menjadi landasan pameran, agar karya-karya yang dihadirkan tidak hanya sebatas merekam realitas, tetapi lahir dari proses penghayatan yang dalam terhadap persoalan zaman.

Menariknya, tahun ini Nandur Srawung digelar di ruang berbeda, yaitu Gedung Militaired Sociated di kawasan Taman Budaya Yogyakarta.