HAIJOGJA.COM – Operasional Jembatan Pandansimo benar-benar ditunggu warga pesisir selatan Kulonprogo.

Kehadiran jembatan ini bukan hanya memudahkan akses transportasi, tapi juga diharapkan bisa membuka peluang ekonomi baru bagi warga sekitar.

Sebelum ada jembatan, akses menuju Bantul memang sangat terbatas sehingga menyulitkan aktivitas warga.

Walaupun bangunannya sudah selesai, warga Kulonprogo mengaku belum pernah bisa melintas karena dari sisi barat jembatan masih ditutup rapat.

Berbeda dengan sisi Bantul, ada beberapa orang yang sudah bisa mencoba melewatinya, meski hanya untuk berjalan kaki atau bersepeda lalu kembali lagi ke arah timur.

“Selama ini belum pernah dibuka, dari sisi Kulonprogo ditutup terus. Meski pun setiap akhir pekan seputaran menuju Jembatan Pandansimo selalu ramai,” kata Jaka Samudra, warga Trisik, Rabu (17/9/2025), dikutip dari Harian Jogja.

Pantauan di lokasi menunjukkan akses dari sisi Kulonprogo masih tertutup menggunakan water barrier dan dijaga ketat oleh pekerja proyek.

Tidak ada aktivitas pembangunan yang mencuat, hanya terlihat tiang lampu penerangan jalan dengan desain unik berbentuk melengkung seperti huruf C.

Harapan dari Jembatan Pandansimo Kulonprogo

Jaka yang juga menjabat sebagai Dukuh Trisik berharap jembatan segera dioperasikan agar memudahkan warga menuju Bantul selatan tanpa harus memutar jauh ke utara.

“Sekarang ke Pantai Trisik akan lebih mudah aksesnya ketika jembatan ini dioperasikan,” ucapnya.

Selain itu, ia optimistis akses baru ini bisa meningkatkan kunjungan wisata ke Pantai Trisik.

Namun, ia juga mengungkapkan perlu adanya putaran balik yang lebih dekat.

Banyak petani di desanya harus menempuh jarak lebih jauh karena terbatasnya akses putaran balik.

Jika nanti jembatan sudah resmi beroperasi, kondisi ini bisa semakin merepotkan warga.

Menurut Jaka, setiap akhir pekan jalur menuju Jembatan Pandansimo sudah ramai oleh warga yang berolahraga, bersantai, atau sekadar menonton layangan.

Bahkan sudah banyak para pedagang yang berjualan di sekitar area tersebut.

“Setiap akhir pekan atau tanggal merah baik pagi orang joging dan sore orang santai atau nonton layangan, jalan menuju Jembatan Pandansimo ramai orang dan pedagang di pinggiran,”

PKL Muncul di Jembatan Pandansimo Kulonprogo

Pedagang kaki lima (PKL) mulai banyak bermunculan di sekitar akses menuju Jembatan Pandansimo.

Jumlahnya bahkan diperkirakan bisa mencapai ratusan yang menjual aneka dagangan mulai dari makanan hingga minuman.

Beberapa lapak hanya menggunakan meja dan kursi kayu sederhana di pinggir jalan tanpa atap, sehingga ketika hujan mereka tidak bisa berjualan.

Meski begitu, ada juga yang membuat lapak semi permanen dengan atap seng agar tetap bisa beroperasi.

Daya tarik Jembatan Pandansimo sendiri cukup besar bagi pengunjung.

Berbeda dengan Jembatan Srandakan yang cenderung polos, jembatan ini didesain dengan pagar yang lebih estetis ditambah tiang lampu penerangan jalan (LPJU) melengkung yang memberi kesan unik.

Tak heran jika banyak orang datang sekadar untuk melihat pemandangan konstruksinya.

Agus Riyanto, pemilik warung klontong di sisi barat jalan menuju jembatan, mengaku sangat optimis dengan peluang yang hadir.

Warungnya sudah berdiri sejak 2020, jauh sebelum keramaian muncul.

“Ya nanti kalau sudah operasional jembatannya warung saya mau buka 24 jam,” ujarnya penuh semangat.

Agus biasanya berdagang hingga pukul 19.00 WIB, kadang-kadang hingga pukul 21.00 WIB.

Dia yakin pengunjung akan betah duduk dan menikmati pemandangan jembatan dari kejauhan karena warungnya memiliki kursi dan meja.

Bahkan sebelum jembatan ini diresmikan, ia sudah merasakan manfaat kehadiran jembatan ini.

Setiap akhir pekan dan hari libur, jalan penuh dengan pedagang dan pengunjung.

“Sudah sejak puasa 2024 lalu hingga sekarang tiap akhir pekan atau tanggal merah pasti banyak pedagang pinggir jalan ataupun pengunjung,” ungkapnya.

Awalnya Agus hanya menjual minuman kelapa muda.

Tetapi kini, barang dagangannya semakin lengkap mulai dari rokok hingga berbagai minuman sachet.

Seiring bertambahnya pengunjung, omzet warungnya pun ikut naik.

Ia percaya, setelah Jembatan Pandansimo resmi beroperasi, peluang ekonomi bagi warga sekitar akan semakin besar.

Meski optimis dengan hadirnya Jembatan Pandansimo, Agus tetap berharap ada perhatian lebih dari Pemkab Kulonprogo.

Menurutnya, pemerintah bisa menggelar berbagai agenda wisata, misalnya festival di Pantai Trisik atau lomba layangan yang belakangan ramai dimainkan warga.

Ada kemungkinan bahwa ini akan meningkatkan jumlah pengunjung dan berdampak positif pada ekonomi warga sekitar.

Selain itu, dia meminta agar keberadaan pedagang kaki lima (PKL) tetap ada setelah jembatan resmi dibuka.

Agus menyarankan agar pedagang diatur atau bahkan dibuatkan jadwal hari bebas kendaraan di sekitar jembatan.

Ini akan memungkinkan UMKM tetap beroperasi tanpa terpinggirkan.

Karena sebagian besar PKL menjual secara berpindah-pindah, keberadaan mereka di sekitar Jembatan Pandansimo sangat menguntungkan ekonomi lokal.

Sementara itu, Kepala Bidang Ketenteraman dan Ketertiban Umum Satpol PP Kulonprogo, Alif Romdhoni, menyampaikan bahwa pihaknya sudah memantau aktivitas PKL di area tersebut.

Namun hingga kini belum ada tindakan atau teguran lantaran menunggu proses serah terima jembatan selesai.

“Prinsipnya memang di Perda PKL sudah jelas untuk penindakan. Sekarang belum diresmikan nanti ketika ada lalu lalang pasti akan ada mekanisme yang disesuaikan,” ucapnya.