Wellness Tourism di Yogyakarta: Sinergi Kesehatan dan Pariwisata, Begini Kata Akademisi UGM
HAIJOGJA.COM – Yogyakarta punya potensi besar untuk dikembangkan sebagai pusat wisata kebugaran atau wellness tourism.
Dengan memiliki alam yang indah, fasilitas kesehatan, hingga akomodasi sudah tersedia, namun masih ada satu hal penting yang harus dilengkapi yaitu sumber daya manusia (SDM) yang terlatih.
Wellness Tourism di Yogyakarta
Sudadi, akademisi dari FK-KMK Universitas Gadjah Mada (UGM), menjelaskan bahwa Yogyakarta memang sudah masuk dalam rencana strategis Academic Health System FK-KMK UGM 2025–2029 sebagai destinasi unggulan wisata kesehatan.
Rencana tersebut terdiri dari integrasi pendidikan, penelitian, layanan kesehatan, dan pariwisata.
“Untuk mewujudkan hal itu yang juga diperlukan adalah memperkuat edukasi publik, peningkatan sumber daya manusianya,” ujar Sudadi, Selasa (16/9/2025), dikutip dari Tempo.
Menurutnya, penelitian dan edukasi dibutuhkan agar pengelola destinasi maupun wisatawan bisa memahami standar keamanan dalam wisata kebugaran.
Contohnya, destinasi perlu memberi informasi mengenai syarat fisik peserta, menyediakan variasi olahraga sesuai kondisi tubuh, hingga memastikan ketersediaan air minum di setiap titik kegiatan.
Langkah-langkah tersebut merupakan hal penting agar wisatawan bisa memilih event yang sesuai dengan kondisi kesehatannya, sehingga tetap aman dan terhindar dari risiko cedera.
Sudadi juga menyinggung fenomena “weekend warrior”, yaitu orang yang hanya berolahraga di akhir pekan tanpa persiapan memadai.
Hal ini meningkatkan risiko cedera, sehingga dibutuhkan pencegahan, manajemen cedera, hingga rehabilitasi yang efektif.
Senada, Sekretaris PPKORI DIY, Denny Agustiningsih, menegaskan bahwa wisata kebugaran yang aman harus diawali dengan pemahaman kondisi tubuh masing-masing peserta.
Tidak hanya soal kekuatan fisik, tapi juga kesiapan mental, hidrasi, asupan gizi seimbang, dan istirahat cukup.
“Semua itu menjadi fondasi agar aktivitas olahraga memberi manfaat dan bukan cedera,” jelasnya.
Ia juga menambahkan pentingnya pemahaman soal pola makan, sport food, suplementasi, hingga pemilihan obat sesuai aturan.
Semua hal itu berperan dalam pemulihan tubuh dan pencegahan cedera berulang.
Dengan dukungan akademisi, praktisi kesehatan, hingga pelaku olahraga, upaya menjadikan Yogyakarta sebagai pusat wellness tourism bisa semakin kuat.
Jika dikelola dengan regulasi yang tepat, sektor ini bahkan berpotensi menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di DIY.
“Dengan pelibatan lintas disiplin dan dukungan akademik, Yogyakarta diharapkan tak hanya menjadi kota sehat, tetapi juga rujukan bagaimana kesehatan dan pariwisata dapat bersinergi,” tutup Denny.