HAIJOGJA.COM – Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Leptospira.

Penyakit ini umumnya ditularkan melalui air atau tanah yang telah terkontaminasi urine hewan, terutama tikus yang menjadi pembawa utama bakteri ini.

Manusia dapat terinfeksi saat kulit yang terluka atau selaput lendir bersentuhan dengan air tercemar, misalnya saat banjir atau membersihkan saluran air.

Leptospirosis banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis dengan sanitasi buruk, terutama setelah bencana alam atau hujan deras.

Gejala Penyakit Leptospirosis

Berikut adalah gejala-gejala penyakit Leptospirosis yang perlu dikenali, karena bisa bervariasi dari ringan hingga berat:

Gejala Awal (fase ringan):

  • Biasanya muncul 5–14 hari setelah terpapar bakteri.
  • Demam mendadak – Suhu tubuh bisa sangat tinggi dan sering disertai menggigil.
  • Sakit kepala hebat – Terutama di bagian dahi atau belakang kepala.
  • Nyeri otot – Terutama di betis, punggung bawah, dan lengan.
  • Mual, muntah, dan diare – Gejala ini sering menyerupai flu atau infeksi pencernaan.
  • Mata merah (konjungtivitis) – Tanpa disertai rasa sakit atau penglihatan buram.
  • Lelah berlebihan dan lemas – Tubuh terasa sangat lelah tanpa aktivitas berat.

Gejala Lanjutan (fase berat):

  • Muncul pada sebagian penderita (fase kedua), bisa terjadi setelah gejala ringan mereda.
  • Penyakit kuning (jaundice) – Kulit dan mata menguning, menandakan gangguan hati.
  • Gangguan ginjal – Ditandai dengan berkurangnya jumlah urin atau gagal ginjal akut.
  • Perdarahan – Mimisan, gusi berdarah, atau batuk darah.
  • Sesak napas dan nyeri dada – Bisa mengindikasikan infeksi paru-paru atau jantung.
  • Meningitis (radang selaput otak) – Mengakibatkan kaku leher, kejang, hingga penurunan kesadaran.
  • Syok septik atau kematian – Jika tidak segera ditangani, infeksi dapat menyebar dan menyebabkan kegagalan organ.

Segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala di atas, terutama setelah kontak dengan air atau lingkungan kotor yang mungkin terkontaminasi urine tikus. Penanganan cepat bisa mencegah komplikasi berat.

Bahaya penyakit Leptospirosis

Berikut adalah bahaya penyakit Leptospirosis yang dapat terjadi jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat:

1. Gagal Ginjal Akut

Infeksi leptospira dapat merusak jaringan ginjal dan menyebabkan ginjal kehilangan fungsinya secara mendadak.

Penderita bisa mengalami penurunan produksi urine, pembengkakan tubuh, hingga keracunan karena racun dalam tubuh tidak dapat dikeluarkan secara normal.

2. Kerusakan Hati (Hepatitis)

Leptospirosis bisa menyebabkan peradangan hati yang ditandai dengan gejala kulit dan mata menguning (jaundice).

Dalam kondisi parah, fungsi hati bisa terganggu berat hingga terjadi gagal hati.

3. Pendarahan Internal

Bakteri leptospira dapat merusak pembuluh darah kecil, menyebabkan perdarahan spontan seperti mimisan, gusi berdarah, perdarahan saluran pencernaan, atau batuk darah.

Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa membahayakan nyawa.

4. Infeksi Paru-paru dan Jantung

Leptospirosis berat dapat menyebabkan peradangan pada paru-paru (leptospiral pulmonary hemorrhagic syndrome) dan jantung (miokarditis), yang bisa menimbulkan sesak napas parah, nyeri dada, hingga gangguan irama jantung.

5. Meningitis (Radang Selaput Otak)

Bakteri dapat menyebar ke sistem saraf pusat dan menyebabkan peradangan otak atau selaput otak. Ini ditandai dengan demam tinggi, kaku leher, kebingungan, hingga kejang dan koma.

6. Weil’s Disease

Merupakan bentuk paling parah dari leptospirosis, di mana terjadi kombinasi kerusakan ginjal, hati, dan perdarahan berat.

Kondisi ini bisa sangat mematikan jika tidak segera ditangani di rumah sakit.

Leptospirosis bukan penyakit yang bisa dianggap sepele.

Meskipun gejalanya mirip flu di awal, komplikasinya bisa sangat serius dan berakibat fatal.

Penanganan medis cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah bahaya-bahaya tersebut.

Cara Pencegahan Penyakit Leptospirosis

Berikut adalah cara pencegahan penyakit Leptospirosis yang dapat dilakukan untuk menghindari penularan:

1. Hindari Kontak Langsung dengan Air atau Tanah Tercemar

Leptospirosis sering menyebar melalui air banjir, genangan, atau lumpur yang terkontaminasi urine tikus.

Gunakan sepatu bot, sarung tangan, atau pelindung tubuh jika harus berkegiatan di lingkungan yang kotor, seperti saat membersihkan saluran air atau saat banjir.

2. Jaga Kebersihan Lingkungan

Pastikan lingkungan rumah dan sekitar tetap bersih. Buang sampah pada tempatnya, jangan menumpuk barang bekas, dan cegah genangan air yang dapat menjadi tempat tinggal tikus.

3. Kendalikan Populasi Tikus

Tikus adalah pembawa utama bakteri Leptospira.

Gunakan perangkap tikus, racun tikus, atau pelihara predator alami seperti kucing untuk mengendalikan populasi tikus di rumah dan tempat kerja.

4. Konsumsi Makanan dan Minuman yang Aman

Selalu pastikan makanan dimasak dengan matang dan air minum berasal dari sumber yang bersih.

Hindari konsumsi makanan/minuman yang terbuka di lingkungan kotor atau terpapar tikus.

5. Gunakan Disinfektan

Bersihkan permukaan yang kemungkinan terpapar urine tikus dengan disinfektan seperti larutan pemutih.

Ini efektif membunuh bakteri leptospira.

6. Vaksinasi pada Hewan

Jika memiliki hewan peliharaan seperti anjing, pastikan mereka mendapatkan vaksin leptospira secara rutin untuk mencegah penularan dari hewan ke manusia.

7. Waspadai Gejala Setelah Terpapar Air Kotor

Jika setelah kontak dengan air banjir atau lingkungan kotor kamu mengalami demam, nyeri otot, atau gejala mencurigakan lainnya, segera periksakan diri ke dokter agar mendapat penanganan dini sebelum infeksi berkembang lebih parah.

Pencegahan leptospirosis sangat bergantung pada kesadaran akan kebersihan, sanitasi lingkungan, dan perlindungan diri. Dengan langkah-langkah di atas, risiko terinfeksi bisa diminimalkan secara signifikan.