HAIJOGJA.COM – Sepanjang tahun ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mencatat 94.017 kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), menjadikannya salah satu penyakit dengan jumlah kasus tertinggi di Sleman.

Angka ini mungkin akan terus meningkat hingga akhir tahun.

Data tersebut berasal dari laporan puskesmas dan fasilitas kesehatan di Sleman, kata Cahya Purnama, Kepala Dinkes Sleman.

Menurut Kepala Dinkes Sleman, Cahya Purnama, tren kenaikan kasus mingguan rata-rata mencapai ribuan.

Kasus ISPA di Sleman Meningkat

“Ini kalau kita hitung menurut rata kasus perminggunya adalah sekitar 2.299 kasus,” kata Cahya di Kompleks Pemkab Sleman, Selasa (28/10).

Ia menyatakan bahwa hingga November mendatang, peningkatan kasus mungkin terus terjadi.

Disebutkan bahwa dua faktor utama yang mengurangi daya tahan tubuh masyarakat adalah perubahan musim dan cuaca ekstrem.

“Mulai Oktober, November, ini mungkin akan meningkat terus. Kita harus selalu ingat bahwa di hari-hari tersebut ada Nataru di mana terjadi mobilisasi penduduk yang cukup besar yang akan masuk ke Sleman,” jelasnya.

Menurut Cahya, orang-orang yang sangat bergerak, seperti siswa, harus lebih waspada karena ISPA menyebar dengan cepat di sekolah.

“Ini hampir semua umur, terutama mereka yang mobilitasnya tinggi. Seperti tadi, misalnya di sekolahan itu begitu ada satu anak terkena biasanya cepat sekali menyebar di tempat kerumunan,” katanya.

Dinkes Sleman meminta sekolah memberikan izin sakit kepada siswa yang menderita flu, demam, atau penyakit menular lainnya untuk mencegah penyakit tersebut menyebar di lingkungan sekolah.

“Diliburkan itu kalau ada yang sakit, anak yang sakit tadi, terutama sakit flu berat, yang mulai panas, diliburkan aja, diberi jatah sakit atau izin sakit supaya tidak menular ke yang lain. Tidak hanya untuk flu, tapi juga untuk cacar air, conjunctivitis, dan penyakit menular lainnya,” paparnya.

“Flu ringan gak masalah asal menggunakan masker,” ujarnya.

Cahya mengatakan bahwa influenza menyebar dengan cepat dan berisiko bagi masyarakat yang memiliki penyakit lain atau komorbiditas.

“Sebenarnya kalau influenzanya sendiri fatalitasnya tidak tinggi, tidak begitu berbahaya, cuma yang berbahaya itu penyebarannya cepat. Dan kalau punya komorbid tadi itu yang harus hati-hati, punya jantung, punya asma, stroke, atau anemia, penyakit penapasan atas bisa lebih parah,” katanya.

Ia menyatakan bahwa perubahan cuaca ekstrim yang melemahkan imunitas menyebabkan peningkatan kasus ISPA setiap tahun.

“Biasanya pengalaman tiap tahun itu setiap ada peralihan musim di mana terjadi perubahan cuaca yang ekstrem, ini biasanya juga meningkat. Karena tidak hanya pada varian virus atau bakteri dari influenzanya sendiri, tapi juga pada orangnya sendiri yang daya tahan tubuhnya rendah,” paparnya.

Dinkes Sleman menyarankan orang untuk menghindari hal ini dengan mengadopsi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), menjaga pola makan yang seimbang, dan menjaga kebersihan lingkungan.