Waspada Gejala Malaria! Ada 39 Kasus Malaria Impor di Jogja Terdeteksi Sepanjang 2025
HAIJOGJA.COM – Kota Yogyakarta sebenarnya bukan daerah endemis malaria.
Namun, karena mobilitas warganya cukup tinggi, terutama dari dan ke luar daerah, penyakit ini tetap berpotensi masuk ke wilayah kota.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data serta Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Lana Unwanah, menjelaskan bahwa Yogyakarta telah mendapatkan sertifikat bebas malaria sejak 2014.
Meski begitu, kasus malaria masih ada, namun semuanya berasal dari luar daerah atau disebut kasus impor.
“Kita tetap harus melakukan upaya-upaya pemeliharaan untuk mempertahankan status bebas malaria,” ujarnya, dikutip dari Media Indonesia.
Lana menambahkan, malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Anopheles betina.
Ada dua jenis kasus malaria, yakni indigenous (penularan terjadi di wilayah setempat) dan impor (penularan berasal dari luar daerah).
Saat ini, malaria masih endemis di beberapa wilayah timur Indonesia, seperti Papua, Papua Barat, NTT, dan Maluku.
Gejala Malaria
Gejala malaria umumnya berupa demam, sakit kepala, menggigil, keringat berlebih, lemas, mual, muntah, sakit perut, hingga diare.
“Jika mengalami gejala-gejala itu, terutama setelah bepergian dari daerah endemis malaria segera memeriksakan ke puskesmas atau rumah sakit. Malaria bisa sembuh jika cepat diobati,” jelasnya.
Data Dinkes mencatat, sepanjang Januari hingga Agustus 2025, ada 39 kasus malaria impor di Kota Yogyakarta.
Kasus ini dialami baik oleh warga yang tertular saat bertugas di luar Jawa, seperti anggota TNI/Polri, maupun oleh pendatang dari luar daerah endemis yang kini berdomisili di Yogya.
Saat ini, Kota Yogyakarta juga menjadi lokasi sampling untuk asesmen sertifikasi bebas malaria di tingkat provinsi.
“Jadi Kota Yogyakarta tetap harus melakukan upaya-upaya untuk mempertahankan status bebas malaria dan mendukung eliminasi malaria di DI Yogyakarta,” tambah Lana.
Untuk pencegahan, masyarakat diminta aktif melakukan gerakan 3M Plus yaitu menguras, menutup, dan mengubur barang bekas yang bisa jadi sarang nyamuk, ditambah langkah lain seperti memakai lotion antinyamuk, gotong royong membersihkan lingkungan, serta membiasakan pola hidup bersih dan sehat.