HAIJOGJA.COM – Di tengah hiruk-pikuk Pasar Beringharjo, ada satu sudut kuliner yang selalu ramai dikunjungi yaitu Warung Soto Bu Yanti.

Berdiri sejak awal 1990-an setelah berpindah dari Pasar Sri Medani, warung ini tetap setia menghadirkan ragam hidangan khas Jawa yang menggoda selera, mulai dari soto sapi dan ayam kampung hingga oseng-oseng grendel, oseng mercon, dan lodeh kembang gedang.

“Ini sebetulnya sebelum di Beringharjo, dulu di Pasar Sri Medani sekitar tahun 1980-an. Setelah pasar digusur, kita pindah ke sini sekitar tahun 1990,” ujar Sony, anak Bu Yanti yang kini turut mengelola usaha keluarga, dikutip dari RRI.

Variasi Menu Warung Soto Bu Yanti

Warung Soto Bu Yanti (Source: RRI)

Warung Soto Bu Yanti terkenal bukan hanya karena sotonya yang legendaris, tapi juga berkat menu-menu rumahan yang semakin jarang ditemui, seperti oseng genjer, oseng grendel, dan lodeh kembang gedang.

“oseng-oseng grendel, terus ada oseng-oseng genjer, terus ada lagi lodeh kembang gedang. Nah, itu kita ciri khasnya seperti itu. Jadi kalau orang-orang Jakarta atau orang-orang yang dulu merantau di luar Jogja itu pasti dia kangen dengan masakan masakan itu,” tambah Sony, Minggu (31/8/2025).

Pelanggan warung ini beragam.

Kaum muda cenderung menyukai hidangan pedas seperti oseng mercon atau rica-rica ayam, sementara pengunjung yang lebih tua biasanya memilih menu klasik yang mengingatkan mereka pada kampung halaman.

“kalau yang muda Dia biasanya yang itu yang sudah legend di sini soto biasanya seperti itu. Kalau enggak itu dia suka kayak yang pedes-pedes, seperti oseng-oseng mercon atau rica-rica itu mereka suka seperti itu. Kalau yang orang-orang tua yang sudah merantau di luar Jogja itu dia carinya itu yang makanan-makanan yang jadul itu,” jelas Sony.

Meski tampil sederhana, pengelolaan warung cukup rapi.

Fakta Warung Soto Bu Yanti

Salah satu indikator ramainya pengunjung terlihat dari jumlah beras yang dimasak setiap hari.

“Kalau hari biasa, kita masak sekitar 10–15 kilogram nasi. Tapi kalau akhir pekan atau musim liburan bisa sampai 25 kilo,” kata Sony.

Kecintaan terhadap cita rasa otentik membuat pelanggan setia terus kembali. Salah satunya adalah Bu Umi.

“Yang paling saya cari kalau ke Pasar Beringharjo ini ya Soto Bu Yanti. Sudah langganan.” kata Bu Umi.

“Kalau enggak sepadan dengan harganya, enggak ke sini lagi sudah cocok.” Tambah Bu Umi.

Kini dikelola generasi kedua, warung ini tetap melibatkan Bu Yanti sebagai koki utama.

Pengalaman Bu Yanti yang sudah lama di dunia catering memastikan rasa masakan tetap konsisten dari waktu ke waktu.

“Ini masih ada ibu saya, yang jual itu kan ibu saya. Kalau saya ini sudah generasi kedua tapi saya ikut istilahnya ikut memanage. Tapi yang utama kan ibu saya. Ibu saya itu berpengalaman dari zaman dulu dia sudah ikut catering. Jadi, sudah tahu. Terutama masakan-masakan Jawa, dia sudah tahu,” terang Sony.

Tak sekadar tempat makan, Warung Soto Bu Yanti juga menjadi bagian dari pengalaman wisata kuliner di Beringharjo.

“Selain makan di sini, bisa lanjut beli oleh-oleh di lantai atas, seperti gula batu, emping, dan sambal pecel,” tambah Bu Umi.

Dengan menu yang unik dan rasa yang konsisten, Warung Soto Bu Yanti bukan hanya sekadar tempat makan, tapi juga penjaga warisan kuliner Jogja yang tetap hidup di tengah modernitas kota.