HAIJOGJA.COM – Jembatan apung yang menghubungkan Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul di atas Sungai Progo, DIY, kini terputus setelah diterjang banjir.

Akibatnya, jembatan tersebut sudah tidak bisa dilalui sama sekali.

Jembatan yang sempat viral karena dibangun oleh seorang juragan tahu itu kini hanya menyisakan sebagian saja.

Saat hujan deras mengguyur wilayah tersebut pada Selasa (21/10) malam, jembatan yang menghubungkan Kalurahan Ngentakrejo, Kapanewon Lendah, Kulon Progo, dengan Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pajangan, Bantul, pecah.

“Kejadiannya Selasa malam, saat hujan. Jembatan jebol, lalu hanyut ke sisi timur,” terang Lurah Ngentakrejo, Sumardi, saat dimintai konfirmasi wartawan lewat telepon, Jumat (24/10/2025), dikutip dari Detik.

Jembatan Apung di Sungai Progo Putus Diterjang Banjir

Sumardi menjelaskan bahwa jembatan apung yang dibangun secara swadaya oleh warga itu mengalami kerusakan parah.

Seluruh struktur jembatan putus total dan kini tidak bisa dilalui, baik oleh pejalan kaki maupun kendaraan.

“Sudah tidak tersambung lagi. Aksesnya juga sudah ditutup karena memang tidak bisa dilewati,” ucapnya.

Beruntung, lanjut Sumardi, saat kejadian tidak ada warga yang melintas di jembatan tersebut sehingga tidak menimbulkan korban jiwa.

“Untungnya saat kejadian tidak ada yang melintas, sehingga tidak membahayakan masyarakat,” imbuhnya.

Kerusakan Parah pada Struktur Jembatan

Salah satu penggagas jembatan apung, Sukidi, membenarkan kabar bahwa jembatan itu jebol akibat derasnya arus Sungai Progo.

Ia menjelaskan, sebelum jembatan terputus, debit air sungai meningkat cukup signifikan, membuat struktur jembatan tak mampu menahan tekanan air.

“Karena hal itu, bagian tiang seling sisi barat patah dan membuat jembatan jebol,” ungkapnya.

Kerugian Capai Rp150 Juta

Sukidi menyatakan bahwa dengan penutupan jembatan apung ini, akses warga antara Kulon Progo dan Bantul menjadi kembali terputus.

Dengan mempertimbangkan biaya awal pembangunan jembatan, ia memperkirakan kerugian sekitar Rp150 juta.

“Untuk kerugiannya Rp 150-an juta, sesuai dana pembangunan dulu,” ucapnya.

Sebagai informasi, jembatan apung ini dibangun secara swadaya oleh warga dengan dukungan dana dari pengusaha lokal pada Agustus 2025 lalu.

Jembatan sepanjang 70 meter dan lebar 2,5 meter ini mendapat perhatian pemerintah daerah setelah menjadi viral di media sosial.

Kantor Kapanewon Pajangan berada di selatan jembatan dari arah Bantul.

Jembatan apung terletak di atas aliran Kali Progo setelah pengunjung melewati jalan kampung.

Jembatan tersebut terbuat dari kayu dan ditutup dengan drum dan besi.

“Ada tiga orang yang menginisiasi jembatan apung ini, dua pengusaha tahu dan satunya pengusaha non-tahu. Kalau saya pengusaha tahu,” kata salah satu inisiator pembangunan jembatan apung, Sudiman (34), kepada wartawan di Pajangan, Bantul, Selasa (19/8).

Pemerintah sempat mengapresiasi keberadaan jembatan tersebut karena membantu mobilitas warga, namun di sisi lain juga menyoroti struktur jembatan yang dinilai belum sepenuhnya aman.

Pemerintah bahkan sempat menyarankan agar ditambah fasilitas keselamatan.

Sayangnya, sebelum rencana itu terlaksana, jembatan sudah lebih dulu rusak akibat derasnya arus Sungai Progo.