Update! Bentrok Pendukung Dua Calon PM Nepal, Situasi Kembali Diawasi Militer
HAIJOGJA.COM – Pada Kamis, 11 September 2025, bentrokan pecah antara para pendukung dua calon Perdana Menteri (PM) Nepal.
Ketegangan ini disebabkan karena perebutan kursi PM baru yang membuat masyarakat terbelah menjadi dua kubu.
Beberapa hari sebelumnya, tepatnya 8–9 September 2025, gelombang demonstrasi besar melanda Kathmandu.
Aksi yang dipelopori anak-anak muda Nepal itu menyoroti praktik korupsi para pejabat dan menolak aturan larangan penggunaan media sosial.
Situasi saat itu memanas.
Bahkan sejumlah gedung pemerintah hingga rumah pejabat dibakar massa, termasuk kediaman Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli dan Presiden Ram Chandra Poudel.
Dikutip dari Tirto, kondisi tersebut membuat Presiden Poudel, PM Oli, serta beberapa menteri memilih mundur dari jabatannya.
Nepal pun terjebak dalam krisis kepemimpinan.
Ironi, kerusuhan ini menelan korban 34 jiwa dan melukai lebih dari 100 orang.
Bentrok Pendukung Dua Calon PM Nepal
Rabu (10/9), gerakan Gen Z Nepal menggelar pertemuan virtual yang diikuti lebih dari 5.000 anggota selama hampir empat jam.
Dari forum itu, nama Sushila Karki muncul sebagai calon Perdana Menteri (PM) Nepal dengan dukungan kuat dari Wali Kota Kathmandu, Balen Shah. Dukungan Shah bahkan ia umumkan lewat unggahan di Facebook.
Tak hanya Shah, Wali Kota Dharan, Harka Sampang, juga ikut menyatakan dukungannya untuk Karki.
Sementara tokoh publik Durga Prasai menyampaikan bahwa dirinya siap menerima siapa pun yang terpilih memimpin, asalkan bisa membawa Nepal ke arah yang lebih baik.
Tetapi, tak semua anak muda sepakat dengan pencalonan Sushila Karki.
Sebagian warga menolaknya karena dianggap terlalu dekat dengan India.
Mereka justru mendorong agar Balen Shah menjadi PM.
Jika Balen menolak, pilihan lainnya adalah mengusung Wali Kota Dharan, Harka Sampang.
Penolakan itu berujung pada aksi unjuk rasa di depan Markas Besar Angkatan Darat, Kamis (11/9).
Selain soal calon PM, Gen Z Nepal juga berbeda pandangan terkait lokasi perundingan.
Sebagian kelompok menuntut agar pembahasan dilakukan di Rashtrapati Bhavan, bukan di markas militer.
Ketegangan pun menjadi pecah.
Dua kubu yang sama-sama berasal dari generasi muda bentrok di depan markas militer.
Video yang dirilis kantor berita Bhaskar memperlihatkan massa saling tendang dan pukul, sementara rekaman dari akun X @deshsanchar1 juga menunjukkan kelompok pemuda yang menolak pencalonan Sushila Karki beraksi di jalanan.
Kondisi Nepal Pasca Demo Ricuh
Usai Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli dan Presiden Ram Chandra Poudel mundur dari jabatannya, kondisi keamanan di Nepal langsung diambil alih Angkatan Darat pada Selasa (9/9) malam pukul 22.00 waktu setempat.
Militer memberlakukan jam malam nasional dan melarang adanya pertemuan serta kerumunan untuk meredam situasi.
Namun, seiring waktu, pembatasan itu mulai dilonggarkan.
Berdasarkan laporan Online Khabar, pada Jumat (12/9), jam malam di Lembah Kathmandu resmi dicabut.
Walaupun aturan tetap berlaku terbatas, yaitu dari pukul 19.00 malam hingga 06.00 pagi keesokan harinya (13/9).
Angkatan Darat juga mengumumkan pelonggaran larangan aktivitas publik.
Jika sebelumnya berlaku penuh, saat ini pembatasan hanya diberlakukan antara pukul 11.00 siang hingga 17.00 sore.
Dengan adanya kelonggaran ini, kehidupan di Lembah Kathmandu perlahan mulai pulih.
Aktivitas warga kembali berjalan, walaupun tetap dengan pengawasan ketat dari pihak militer.