HAIJOGJA.COMWakil Menteri Sosial RI, Agus Jabo Priyono, menyerukan strategi pengentasan kemiskinan.

Ia menegaskan perlunya pergeseran fokus dari sekadar perlindungan sosial berbasis bantuan sosial (bansos) menuju pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan.

Dalam pernyataannya, Agus menekankan peran penting para fasilitator sebagai ujung tombak dalam mendorong perubahan.

Menurutnya, ketergantungan terhadap bansos harus dihentikan agar masyarakat bisa menjadi mandiri dan produktif.

“Sampai kapan rakyat kita hidup tergantung pada bantuan sosial?. Kita harus berubah. Kita ingin mereka menjadi mandiri, berdaya, dan produktif. Bansos itu sementara, pemberdayaan selamanya,”  ujar Agus saat menutup Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat dan Peningkatan Kapasitas SDM PKH di BBPPKS Regional III, Sleman, Yogyakarta, pada Jumat (9/5/2025), dikutip dari Tribun News.

Pelatihan tersebut diikuti oleh 38 peserta, termasuk 36 orang dari sembilan desa yang menjadi proyek percontohan pemberdayaan di Jawa Tengah.

Agus menyatakan bahwa fasilitator harus menjadi pelopor dan agen perubahan nyata di lapangan.

Ia menambahkan, berdasarkan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), mayoritas masyarakat miskin berada di Jawa Tengah, terutama yang bekerja di sektor pertanian informal tanpa lahan sendiri.

Kelompok ini menjadi sasaran utama dalam model pemberdayaan desa yang dikembangkan oleh Kemensos di 923 desa.

Program ini telah mulai diterapkan di sejumlah wilayah, termasuk Banyumas, dan merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah.

Dalam kesempatan tersebut, Agus juga menyampaikan pentingnya membangkitkan semangat warga miskin agar tidak lagi menggantungkan hidup dari bansos.

Agus juga membagikan cerita inspiratif dari seorang ibu di Maros yang menolak identitas sebagai penerima bantuan, demi masa depan anak-anaknya yang lebih bermartabat.

Kisah ini dijadikan teladan untuk para fasilitator agar terus menyebarkan semangat kemandirian.

Salah satu peserta pelatihan, Abdul dari Pemalang, menyambut baik ajakan Agus dan menyatakan kesiapannya untuk menjadi agen perubahan di tengah masyarakat.

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kemensos, Hasyim, menyebut bahwa pelatihan ini dirancang tidak hanya untuk meningkatkan kompetensi teknis, tetapi juga untuk menciptakan fasilitator yang mampu membawa transformasi sosial.

Materi pelatihan mencakup empat klaster, antara lain komunikasi, pelembagaan program desa mandiri, penguatan kemitraan, serta perlindungan sosial berbasis ekonomi.

Hasyim menekankan bahwa tujuan akhir dari pelatihan ini adalah menghasilkan cetak biru pemberdayaan yang dapat langsung diimplementasikan di tingkat desa.