Tradisi Rasulan Gunungkidul: Dari Warisan Leluhur hingga Penggerak Ekonomi Lokal
HAIJOGJA,COM – Dinas Kebudayaan atau Kundha Kabudayan Gunungkidul mencatat ada sekitar 1.400 tradisi rasulan atau bersih desa yang masih lestari di tengah masyarakat.
Pasalnya, tradisi ini bukan sekadar untuk melestarikan budaya, tetapi juga berpeluang dikembangkan sebagai daya tarik wisata.
Tradisi Rasulan Gunungkidul
Kepala Dinas Kebudayaan Gunungkidul, Choirul Agus Mantara, menjelaskan bahwa rasulan merupakan warisan kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun di Bumi Handayani.
Dari hasil pendataan, setidaknya ada sekitar 1.400 titik penyelenggaraan tersebar di seluruh Gunungkidul.
Meski begitu, tidak semua digelar setiap tahun, karena ada juga yang dilaksanakan dua tahun sekali.
“Jadi tiap tahunnya ada yang hanya 800 lokasi rasulan. Tapi, di tahun berikutnya meningkat menjadi 1.200 titik penyelenggaraan karena ada yang dilaksanakan dua tahun sekali,” kata Mantara, Rabu (10/9/2025), dikutip dari Harian Jogja.
Ia menyebut beberapa rasulan yang cukup populer yaitu Rasulan Mbah Jobeh di Rongkop, Cing Cing Goling di Karangmojo, hingga Bukaan Cupu Panjala di Panggang.
“Untuk pelaksanaan, kami juga rutin memberikan bantuan didalam penyelenggaraan rasulan,” katanya.
Selain melestarikan seni dan budaya, tradisi ini juga punya potensi ekonomi karena keunikannya bisa dikembangkan untuk sektor pariwisata.
Menurut Mantara, hal ini sejalan dengan program besar Dinas Kebudayaan untuk mendorong Gunungkidul menuju industri kebudayaan yang berbasis kearifan lokal.
“Sekarang sudah ada tahap pemanfaatan sehingga smeua potensi kebudayaan bisa saling terkait. Harapannya bisa menjadi sumber pendapatan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan Masyarakat,”jelasnya.
Penggerak Ekonomi Lokal
Ketua DPRD Gunungkidul, Endang Sri Sumiyartini, menambahkan bahwa tradisi rasulan bukan hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga bisa menggerakkan ekonomi lokal.
“Pelaksanaan rasulan juga menunjukkan masih kentalnya kekerabatan dan gotong royong di masyarakat,” katanya.
Menurutnya, dari segi ekonomi mengundang potensi karena dalam acara ini ada keramaian.
“Roda ekonomi berputar karena ada yang berjualan untuk mencukupi kebutuhan penonton yang datang. Di sisi lain, potensi ini juga dapat untuk pengembangan wisata berbasis seni dan budaya,” ujarnya.