HAIJOGJA.COM – Di balik berdirinya tugu Yogyakarta yang sangat ikonik, terungkap sejarahnya yang benar-benar menakjubkan.

Awalnya, tugu ini dibangun berbentuk tiang silinder yang mengerucut ke atas dan bagian puncaknya berbentuk bulat. Sedangkan bagian dasarnya berupa pagar melingkar.

Bentuknya yang bulat (golong) dan silinder (gilig), membuat warga setempat awalnya menyebut Tugu Jogja dengan nama Tugu Golong-Gilig.

Tugu ini memiliki ketinggian 25 meter, namun pada tahun 1867 gempa hebat melanda Yogyakarta dan Tugu Gilong Gilig sempat runtuh.

Pemerintah Belanda yang saat itu menduduki Yogyakarta memperbaiki tugu tersebut dengan mengubah tugu menjadi persegi dan ujungnya dibuat meruncing.

Belanda sengaja mengubah total Tugu Golong Gilig untuk menghancurkan persatuan antara kraton dan rakyat Mataram.

ketinggian tugu mengalami penyusutan sekitar 10 meter, bila dahulu tugu ini setinggi 25 meter, kini berkurang menjadi 15 meter. Sejak saat itu, tugu ini disebut juga sebagai De Witt Paal atau Tugu Pal Putih.

Lokasi Monumen Tugu Yogyakarta

Tugu ikonik tersebut berlokasi di tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jendral Soedirman, Jalan A.M Sangaji dan Jalan Diponegoro.

Tugu Jogja kira-kira didirikan setahun setelah Kraton Yogyakarta berdiri. Pada saat awal berdirinya, bangunan ini secara tegas menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan. Semangat persatuan atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada bangunan tugu.

Tugu Yogyakarta konon memiliki garis imaginer bersifat magis

Tugu ini sudah berusia sekitar 3 abad yang menyimpan banyak sekali makna dan sejarah kota Yogyakarta. Simbol dan lambang kota Yogyakarta.

Tugu ini merupakan garis imaginer yang bersifat magis yang menghubungkan antara laut selatan, keraton Jogja, dan gunung Merapi. Kalau kita pandang dari Keraton Yogyakarta, ke arah utara akan terlihat Jl. Malioboro, Jl.Mangkubumi, Tugu Jogja dan Jl. Monumen Jogja Kembali akan membetuk garis lurus ke arah puncak gunung Merapi.