HAIJOGJA.COM – Sebagian kafe di Jogja tidak lagi putar musik demi menghindari persoalan hukum terkait kewajiban membayar royalti.

Langkah ini memunculkan reaksi beragam dari para pelanggan.

Salah satunya Agung, warga Yogyakarta yang justru lebih senang dengan suasana kafe yang tenang.

“Kalau kafe tenang lebih enak buat ngobrol sama teman-teman,” ujarnya pada Selasa (5/8/2025).

Ia juga mengaku kurang suka dengan kafe yang menggelar live music karena menurutnya, hal itu malah bikin suasana jadi bising.

“Kalau live musik justru mengganggu, apalagi kafe di Jogja kebanyakan menengah ke bawah, pengeras suara biasanya juga ala kadarnya, jadi justru mengganggu kalau live musik,” tambahnya.

Agung sendiri hampir setiap hari mampir ke kafe karena pekerjaannya memungkinkan untuk kerja dari mana saja.

Kafe Tanpa Musik Terasa Hampa

Berbeda dengan Agung, Kristi justru merasa kafe tanpa musik terasa hampa.

“Aneh aja kalau tidak ada musik di kafe,” katanya.

Bagi Kristi, musik bisa menghidupkan suasana, tidak hanya untuk pelanggan, tapi juga untuk para pegawai.

Ia bahkan mengaku sering tahu lagu-lagu baru justru dari kafe yang ia datangi.

Dukung Konsep Royalti

Di sisi lain, pemilik Wheelsaid Coffee, Rifkyanto Putro, menjelaskan bahwa keputusan untuk tak memutar musik diambil karena kebingungan soal aturan royalti.

Meski mendukung konsep royalti untuk musisi, ia mengaku masih belum paham skema pembayarannya.

“Rp 120.000 dikalikan dengan 25 kursi, nah itu baru satu hak cipta atau bagaimana? Yang belum jelas itu kan,” ungkapnya pada Senin (4/8/2025).

Keputusan ini menunjukkan dilema yang dihadapi pemilik kafe antara mematuhi aturan hukum dan memenuhi harapan pengunjung akan suasana yang nyaman.