HAIJOGJA.COM — Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengungkapkan, data per Maret 2025 mencatat lebih dari 3 ribu anak mengalami stunting.

Ribuah kasus stunting pada balita di Bantul ini menunjukkan masih perlunya perhatian serius terhadap gizi anak.

Pasalnya, angka ini menunjukkan bahwa permasalahan gizi pada anak masih belum terselesaikan secara menyeluruh.

Salah satu penyebab utama yang diungkapkan adalah kurang optimalnya pola asuh dan kebiasaan masyarakat yang lebih memprioritaskan acara sosial, seperti kondangan, dibandingkan pemenuhan gizi anak.

3 Ribuan Anak di Bantul Stunting

Wakil Bupati Bantul Aris Suharyanta menyampaikan bahwa hingga saat ini, tercatat sebanyak 3.437 balita mengalami stunting.

Rinciannya terdiri dari 1.956 anak laki-laki dan 1.481 anak perempuan.

Aris menambahkan, dibandingkan tahun 2024 lalu, jumlah ini mengalami penurunan, meskipun tidak disampaikan angka pastinya.

“Kita masih di bawah persentase provinsi dan nasional,” kata Aris kepada awak media di Bantul, Jumat (22/8/2025).

Menurut Aris, upaya pencegahan stunting di Bantul dilakukan secara berkelanjutan mulai dari masa kehamilan hingga anak memasuki fase pertumbuhan.

Ia menekankan pentingnya peran orang tua dalam memberikan asupan gizi seimbang.

Orang Tua di Bantul Utamakan Kondangan Dibanding Gizi Anak

Sayangnya, masih banyak orang tua yang memilih makanan instan karena alasan praktis.

“Contohnya, kalau anaknya ingin makan, dibuatkan mi instan; ingin makan nasi, lauknya digorengkan nugget dan sebagainya, padahal anak itu juga perlu sayur dan susu,” jelasnya.

Kepala Dinas Kesehatan Bantul Agus Tri Widiyantara menyoroti bahwa wilayah Selopamioro di Kapanewon Imogiri menjadi daerah dengan kasus stunting tertinggi.

Ia menyebut bahwa faktor budaya yang mengutamakan kegiatan sosial menjadi salah satu pemicu.

“Salah satunya dari budaya sana yang lebih mementingkan untuk sosial daripada untuk anaknya, seperti untuk menyumbang saat ada acara pernikahan,” ujar Agus.

Faktor lain yang memengaruhi tingginya angka stunting di Bantul adalah pengasuhan anak yang tidak dilakukan langsung oleh orang tua.

Banyak anak dititipkan kepada nenek atau pengasuh, sehingga pola makan dan asupan gizi mereka tidak terpantau dengan baik.

Permasalahan stunting ini menjadi tantangan serius bagi pemerintah daerah.

Upaya edukasi mengenai pentingnya gizi anak, peningkatan kesadaran masyarakat, dan perbaikan pola asuh diharapkan mampu menekan angka stunting di masa mendatang.