Prambanan Jazz Dongkrak Hunian Hotel Sleman di Tengah Lesunya Industri Perhotelan
HAIJOGJA.COM – Gelaran musik tahunan Prambanan Jazz memberikan dampak positif bagi sektor perhotelan dan restoran di Kabupaten Sleman, yang sebelumnya lesu akibat kebijakan efisiensi anggaran dari pemerintah pusat.
Menurut BPC PHRI Sleman, tingkat hunian hotel selama festival berlangsung mencapai 70%, sebuah capaian yang dianggap baik oleh Ketua PHRI Sleman, Andhu Pakerti, mengingat daya beli masyarakat masih rendah.
Meski demikian, pelaku usaha tetap menjaga kualitas layanan dan bahan baku makanan.
“Kelas menengah ke bawah tampaknya masih memegang erat uang cash mereka, tidak ada spending besar yang memang sifatnya konsumtif,” kata Andhu dihubungi, Sabtu (5/7/2025), dikutip dari Harian Jogja.
Andhu menjelaskan bahwa okupansi serupa juga terjadi saat libur Tahun Baru Islam, menandakan bahwa Prambanan Jazz secara konsisten meningkatkan kunjungan wisatawan.
Ia memperkirakan total pengunjung festival mencapai 60.000 orang selama tiga hari penyelenggaraan, bahkan memberikan efek limpahan ke hotel-hotel di Kota Solo.
Kolaborasi antar-pelaku usaha perhotelan di Jogja dan Solo pun sudah dilakukan, termasuk dalam bentuk promosi.
“Teman-teman pelaku perhotelan dan restoran kan punya grup dengan teman-teman di Solo. Jadi pelaku di Kota Solo sudah menyiapkan promo dan lainnya. Di lain sisi, Solo dan Jogja kan gateway kereta api dan transportasi udara. Kalau tidak dapat Jogja lari ke Solo,” katanya.
Perkuat Citra Wisata
Selain meningkatkan hunian hotel, Prambanan Jazz juga memperkuat citra wisata budaya DIY, terutama Sleman, berkat konsep yang menggabungkan musik dan budaya dengan latar Candi Prambanan yang ikonik.
PHRI Sleman juga bekerja sama dengan agen perjalanan untuk mempromosikan paket wisata yang berkaitan dengan acara ini.
Mulai hari Jumat, peningkatan hunian sudah terasa signifikan.
Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono, menambahkan bahwa pada puncak acara Sabtu (5/7/2025), tingkat hunian mencapai 80% secara rata-rata, bahkan beberapa hotel di Jogja dan Sleman sempat penuh, terutama hotel berbintang.
Deddy juga menyoroti bahwa jika tidak ada kebijakan efisiensi anggaran dari pemerintah, tingkat hunian bisa mencapai 90%.
Meskipun ada pelonggaran aturan terkait penggunaan hotel untuk rapat kementerian dan lembaga, dampaknya belum terasa karena anggaran belum sepenuhnya tersedia.
“Info dari sales hotel yang salesnya call ke Kementrian-kementerian, dana belum bisa dibelanjakan” katanya.