HAIJOGJA.COM – Petani DIY hadapi cuaca tak menentu dan ancaman hama yang mulai mengganggu aktivitas pertanian di berbagai wilayah.

Perubahan musim yang tidak stabil, khususnya transisi dari kemarau basah, membuat para petani di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menghadapi dilema.

Mereka tidak hanya harus berhati-hati dalam memilih jenis tanaman yang akan dibudidayakan, tetapi juga mesti mewaspadai potensi serangan hama yang mulai muncul di beberapa wilayah.

Dikutip Tribun News, menurut Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Syam Arjayanti, ketidakpastian cuaca menyulitkan petani dalam menentukan komoditas yang tepat.

Menanam padi berisiko jika pasokan air berkurang, sementara budidaya palawija maupun tanaman hortikultura juga membutuhkan pengelolaan air yang presisi.

“Air harus dikelola dengan baik agar tidak menggenang karena cuaca sulit diprediksi,” ujarnya.

Selain itu, serangan hama seperti tikus dan wereng mulai terpantau di sejumlah daerah, termasuk Sleman dan Bantul. Meskipun demikian, Syam menyebut serangan tersebut belum berdampak signifikan terhadap hasil panen.

Sebagai langkah antisipasi, DPKP DIY menerapkan strategi Pengelolaan Ulat Perang Terpadu (PUPT), sebuah pendekatan holistik yang melibatkan pengelolaan pupuk, pestisida, air, dan tanah secara terpadu.

“Kami sudah mengadakan pengelolaan umpan terpadu (PUPT) menyusun strategi mengendalikan hama tersebut,” jelasnya.

Hasil dari upaya ini cukup menggembirakan. Meskipun ada peningkatan ancaman hama, produksi padi di DIY tetap menunjukkan tren positif.

Bahkan, serapan gabah oleh Bulog telah melebihi target, yakni mencapai 100,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.