Pemkot Yogyakarta Luncurkan Aplikasi GeoTaktis, Ini Manfaat dan Cara Pakainya
HAIJOGJA.COM — Pemerintah Kota Yogyakarta meluncurkan GeoTaktis, sistem terintegrasi yang menggabungkan data sektoral dengan data kependudukan.
Aplikasi ini bertujuan memperkuat kebijakan berbasis bukti dan wilayah.
Sistem GeoTaktis merupakan inovasi Pemkot Yogyakarta untuk membangun tata kelola data pembangunan yang lebih akurat, dinamis, dan efisien.
Program ini dikembangkan melalui kolaborasi lintas perangkat daerah di bawah koordinasi Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian (Diskominfosan) selaku wali data kota, serta dimoderatori oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dindukcapil).
Data Sebagai Dasar Diagnosis Pembangunan
Pada peluncuran di Ruang Yudistira, Balai Kota Yogyakarta, Senin (6/10), Wali Kota Hasto Wardoyo menegaskan pentingnya pengelolaan dan pemanfaatan data yang tepat serta berkelanjutan.
Demikian itu menjadi dasar pengambilan keputusan yang akurat.
“Kalau saya sebagai dokter, data itu sama seperti diagnosis. Sedangkan program itu sama dengan terapi. Kalau data saja tidak punya, apalagi data real-time tidak ada, itu sama seperti dokter yang tidak tahu diagnosis pasiennya. Bagaimana mau mengobati?” ujarnya.
Ia menilai, pengembangan data geospasial ini membawa Pemerintah Kota Yogyakarta selangkah lebih maju.
Data yang sudah dimiliki dianggap baik, namun perlu terus dilatih agar mampu diinterpretasikan dan divisualisasikan secara sederhana.
“Datanya sudah bagus, hanya saja mereka perlu dilatih agar bisa menjelaskannya dengan sederhana. Saya minta nanti bisa divisualisasikan dalam bentuk gambar, misalnya potret satelit yang menunjukkan gambar rumah-rumah. Setiap rumah bisa diklik, lalu muncul datanya nama kepala keluarga, alamat, dan keterangan lainnya,” jelas Hasto.
Data Geospasial untuk Atasi Masalah Stunting
Sebagai contoh, Hasto menyoroti bagaimana GeoTaktis dapat digunakan dalam program penanganan stunting.
Data anak stunting bisa di-overlay dengan kondisi rumah, jamban, atau kesejahteraan keluarga, sehingga intervensi menjadi lebih tepat.
“Misalnya dari 90 anak stunting, ternyata ada 5 keluarga yang belum punya jamban sehat. Maka fokusnya kita ke 5 keluarga itu dulu. Jadi jelas, terarah, dan cepat,” terangnya.
Ia juga mengingatkan agar validitas data tetap dijaga agar selalu “hidup” dan tidak hanya menjadi arsip.
“Kalau data mati itu, berarti tidak bisa dihubungkan dengan masalah di lapangan, atau datanya bagus tapi tidak dimanfaatkan,” tegasnya.
Menurutnya, kesalahan membaca data dapat berdampak fatal, sehingga diperlukan kehati-hatian dalam mengolah dan menafsirkan data.
Wali Kota Jogja Hasto Dorong Penguatan Kapasitas dan Analisis Mikro
Hasto mendorong setiap pengelola data di perangkat daerah untuk terus berlatih meng-overlay antar variabel agar analisis berjalan cepat dan efisien.
Ia juga menekankan pentingnya memahami data mikro dan data kontinu untuk mengukur kesejahteraan masyarakat secara presisi, termasuk melalui pembagian desil.
“Kalau kita punya data mikro dan data kontinu seperti penghasilan, kita bisa bikin desil, dari desil 1 sampai 10. Jadi nanti masyarakat bisa tahu, masuk desil berapa. Yang menentukan desil itu kan dari data kontinu,” jelasnya.
Integrasi Data Sektoral dan Kependudukan
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Yogyakarta Septi Sri Rejeki menjelaskan, GeoTaktis merupakan bagian dari platform BIJAK (Business Intelligent untuk Kebijakan Kota Yogyakarta).
Aplikasi yang dapat diakses melalui laman https://bijak.jogjakota.go.id/ ini memungkinkan data sektoral di-overlay dengan data kependudukan untuk menghasilkan gambaran komprehensif yang mendukung perencanaan dan pengambilan keputusan.
Dalam sistem BIJAK, terdapat pula Biotaktis, yakni fitur penyajian data bio-spasial penduduk berisiko yang diidentifikasi dari data keluarga dengan faktor risiko sosial, ekonomi, lingkungan, hingga kesehatan.
“Keluarga berisiko perlu mendapat perhatian khusus untuk mencegah munculnya masalah kesehatan seperti stunting. Dengan identifikasi dan penanganan yang tepat, mereka dapat dibimbing untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan keluarga,” ujar Septi.
Melalui Biotaktis, data diolah menjadi wawasan taktis yang menampilkan peta spasial hingga tingkat kemantren, kelurahan, RT/RW, bahkan titik koordinat individu lengkap dengan data agregat untuk analisis makro.
Selain itu, sistem GeoTaktis juga menyediakan data By Name By Address (BNBA) yang hanya dapat diakses oleh pimpinan untuk kebutuhan strategis.
Kolaborasi dan Perlindungan Data Pribadi
Septi menambahkan, pengembangan GeoTaktis merupakan hasil kolaborasi lintas sektor antara berbagai perangkat daerah, termasuk Bappeda, DP3AP2KB, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, DLH, dan BKAD.
Sementara itu, Kepala Diskominfosan Kota Yogyakarta, Ignatius Trihastono, menegaskan bahwa seluruh pemanfaatan data dilakukan dengan memperhatikan perlindungan data pribadi.
“Dengan demikian, jelas siapa yang memanfaatkan data dan siapa yang bertanggung jawab atas penggunaannya. Tiga aspek penting dalam digitalisasi data ini adalah integrasi data, perlindungan data pribadi, dan akuntabilitas pemanfaatan data,” pungkasnya.