Pasar Properti Yogyakarta 2025: Rumah Mewah Rp1 Miliar Lebih Laris daripada Hunian Murah, Begini Kata Ketua DPD REI
HAIJOGJA.COM – Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih melambat ikut memengaruhi sektor properti, tak terkecuali di Yogyakarta.
Para pengembang yang tergabung dalam Real Estat Indonesia (REI) Yogyakarta mengaku harus berjuang lebih keras karena penjualan rumah di kelas menengah justru anjlok cukup tajam.
Menariknya, justru rumah dengan harga di atas Rp1 miliar lebih cepat terjual dibanding hunian di bawah Rp800 juta.
Ketua DPD REI Yogyakarta, Ilham Muhammad Nur, menjelaskan fenomena ini sebagai anomali di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil.
“Pasar properti tahun 2025 ini cukup berat. Banyak teman pengembang yang hanya berhasil menjual dua unit rumah, bahkan ada yang tidak laku sama sekali. Tapi uniknya, rumah di atas Rp1 miliar justru lebih diminati ketimbang hunian murah,” kata Ilham saat menghadiri pameran properti di Hartono Mall Yogyakarta pekan lalu, dikutip dari Times Indonesia.
Padahal, pemerintah sudah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendongkrak sektor properti, mulai dari pembebasan BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) hingga penghapusan PPN untuk rumah di bawah Rp2 miliar.
Tetapi kenyataannya, kebijakan tersebut belum mampu menggerakkan penjualan di segmen kelas menengah.
“Yang seharusnya lebih terbantu itu rumah kelas menengah, tapi kenyataannya tidak. Justru pasar menengah stagnan, sedangkan rumah premium malah jalan,” tambahnya.
Menurut Ilham, tren ini bisa jadi sinyal bahwa daya beli masyarakat kelas menengah sedang menurun.
Sebaliknya, kalangan atas masih memiliki kemampuan finansial yang kuat untuk berinvestasi di properti, sehingga penjualan rumah mewah tetap stabil.
Pasar Properti Yogyakarta 2025
Ilham menekankan bahwa sektor properti memiliki peran besar dalam menggerakkan perekonomian karena melibatkan banyak tenaga kerja.
Mulai dari pemasok bahan bangunan, para tukang, hingga tim pemasaran, semuanya sangat bergantung pada aktivitas bisnis perumahan.
“Kalau properti bergerak, otomatis banyak sektor ikut terdorong. Jadi, jika penjualan rumah lesu, dampaknya terasa luas bagi perekonomian masyarakat,” ujar Ilham.
Untuk mengantisipasi kondisi pasar yang belum stabil, REI Yogyakarta terus berinovasi.
Salah satunya dengan menggelar pameran properti saat musim liburan, yang kini dinilai efektif menarik minat pengunjung.
Beberapa pengembang juga bahkan ikut serta dalam pameran di luar Yogyakarta untuk memperluas jangkauan pasar.
Tak hanya itu, banyak pengembang saat ini mulai serius mengoptimalkan digital marketing.
Promosi lewat media sosial, iklan online, hingga fitur virtual tour rumah menjadi strategi khusus agar penjualan tetap berjalan stabil.
“Selain itu, banyak teman-teman pengembang mulai serius memanfaatkan digital marketing. Dari promosi lewat media sosial, iklan online, sampai virtual tour rumah, semuanya dilakukan agar penjualan tetap bergerak,” kata Ilham.
Ilham juga berharap berbagai insentif pemerintah di era Presiden Prabowo Subianto bisa memberi dampak nyata.
Menurutnya, jika penjualan rumah kelas menengah kembali meningkat, roda ekonomi nasional juga akan ikut bergerak lebih cepat.
“Properti itu bukan sekadar jual beli rumah, tapi juga menghidupi banyak orang. Kalau sektor ini bangkit, ekonomi masyarakat pasti ikut terangkat,” tegasnya.