Pasar Kangen TBY 2025: Kuliner Legendaris, Wayang Kulit, hingga Ruang Kreatif Seniman Jogja
HAIJOGJA.COM – Gelar Seni Pasar Kangen Taman Budaya Yogyakarta (TBY) 2025 akan membawa kembali suasana kuno ke Yogyakarta.
Event tahunan yang sangat dinanti-nantikan ini resmi dibuka dan akan berlangsung hingga 24 September 2025.
Selama sepekan, ribuan pengunjung dapat menikmati jajanan legendaris, kerajinan luar biasa, dan pertunjukan seni tradisi yang menggabungkan budaya Jawa untuk menikmati nostalgia.
Acara ini dibuka oleh Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, mewakili Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X, pada tahun ke-18 penyelenggaraannya.
Dian menjelaskan, Pasar Kangen 2025 mengangkat tema “Nandur apa sing dipangan, mangan apa sing ditandur” yang sarat makna filosofi Jawa.
Tema ini mengingatkan pentingnya hidup selaras dengan alam, menanam apa yang dibutuhkan, dan menikmati hasil dengan penuh kesadaran.
Sementara itu, Kepala TBY, Purwiati, menegaskan bahwa Pasar Kangen bukan sekadar ajang kuliner atau belanja barang antik, tapi juga ruang edukasi sekaligus pelestarian budaya.
Sejak pertama kali digelar, event ini telah jadi ikon Yogyakarta yang menghadirkan suasana pasar tempo dulu sekaligus ruang pertemuan lintas generasi.
Tahun ini, ada 218 pedagang terpilih dari total 1.136 pendaftar. Terdiri dari 152 pedagang kuliner tradisional serta 66 pedagang kerajinan dan barang antik.
Pengunjung bisa datang setiap sore hingga malam, pukul 15.00–22.00 WIB, untuk berburu jajanan jadul, mencicipi makanan khas Nusantara, atau menemukan pernak-pernik antik yang penuh cerita.
Pasar Kangen TBY 2025
Selain kuliner dan kerajinan, Pasar Kangen TBY 2025 juga memanjakan pengunjung dengan ragam pertunjukan seni.
Ada 19 kelompok seni tradisi rakyat dan dua pentas wayang kulit yang akan tampil bergantian sepanjang acara.
Suasana semakin meriah dengan hadirnya Ruang Pojok Kreatif, tempat kolaborasi seniman, komunitas, kreator, hingga pelaku industri kreatif.
Di sini, pengunjung memiliki kesempatan untuk mengikuti kelas, belajar tentang seni, atau sekadar berbicara langsung dengan para seniman.
Purwiati menjelaskan bahwa acara ini, yang didukung oleh Dana Keistimewaan DIY 2025, memiliki tujuan besar untuk mempertahankan seni dan kerajinan tradisional, memperkuat UMKM lokal, menumbuhkan kecintaan terhadap budaya, mempererat hubungan sosial, dan meningkatkan peluang pariwisata budaya di Jogja.
Dengan ribuan orang yang diharapkan hadir di TBY selama sepekan, Pasar Kangen bukan hanya tempat untuk mengingat masa lalu, tetapi juga tempat untuk belajar, bersosialisasi, dan membangun identitas budaya.
“Pasar Kangen harus kita jadikan lebih dari sekadar ruang rindu, tetapi juga wahana edukasi dan pemberdayaan. Dari sini kita belajar bahwa pangan, seni, dan tradisi adalah bagian tak terpisahkan dari jati diri bangsa,” ujar Dian.
Lewat atmosfer hangat khas Jogja, Pasar Kangen 2025 kembali menegaskan bahwa Yogyakarta adalah kota yang hidup dari kearifan local, menjaga tradisi, sekaligus mampu beradaptasi dengan zaman modern.