Leptospirosis Merebak di Kota Yogyakarta, Begini Cara Mencegah dan Mengenali Gejalanya
HAIJOGJA.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta mengimbau orang untuk lebih waspada terhadap penyakit leptospirosis, yang merupakan infeksi berbahaya yang sering muncul di tempat yang lembap dan banyak genangan air, terutama yang tercemar urine tikus.
Data terbaru dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa hingga akhir Oktober 2025 tercatat 26 kasus leptospirosis, dengan 6 di antaranya meninggal dunia.
Leptospirosis Merebak di Kota Yogyakarta
Kasus terbaru terjadi pada Oktober lalu dan menimpa seorang warga Kelurahan Bumijo.
“Ini menjadi pengingat bahwa leptospirosis bukan penyakit sepele. Jika tidak segera ditangani, bisa menyebabkan gagal ginjal dan gangguan paru yang fatal,” ujar Endang Sri Rahayu, Kepala Seksi Pencegahan, Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Rabu (5/11/2025), dikutip dari Times Indonesia.
Endang menjelaskan, meningkatnya kasus leptospirosis di musim hujan dipicu oleh meningkatnya populasi tikus dan pengelolaan sampah yang belum optimal.
“Semakin banyak sampah, semakin banyak tikus. Pencegahan paling efektif dimulai dari rumah dengan menjaga kebersihan, tutup makanan dan minuman, serta biasakan mencuci tangan dan kaki setelah beraktivitas,” imbau Endang.
Ia menambahkan, langkah pencegahan paling efektif bisa dimulai dari rumah.
Jaga kebersihan lingkungan, pastikan makanan dan minuman tertutup rapat, serta biasakan mencuci tangan dan kaki setelah beraktivitas.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya penggunaan alat pelindung diri (APD) bagi pekerja di area berisiko tinggi seperti petugas kebersihan dan pengelola sampah.
“Gunakan sepatu bot, sarung tangan panjang, dan tutup luka sebelum bekerja di area lembab,” tegasnya.
Waspadai Gejala Awal Sebelum Terlambat
Endang menyatakan bahwa deteksi dini sangat penting untuk menyelamatkan pasien yang didiagnosis dengan leptospirosis.
Karena gejalanya sering terlihat seperti flu biasa.
Namun, beberapa gejala yang harus diperhatikan adalah nyeri pada betis, mata menguning, dan rasa sakit saat menekan betis.
“Jangan tunggu parah. Segera periksa ke fasilitas kesehatan terdekat bila merasakan gejala tersebut,” tegas Endang.
Menurutnya, banyak kasus kematian terjadi karena pasien datang terlambat mendapatkan penanganan medis.
“Sering kali pasien datang dalam kondisi sudah kritis. Di minggu kedua, infeksi biasanya sudah menyerang ginjal dan organ vital lainnya,” ungkapnya.
Sebagai langkah antisipasi, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta kini memperkuat kapasitas tenaga medis di seluruh puskesmas. Pelatihan intensif dilakukan bersama dokter spesialis penyakit dalam dengan dukungan dari enam rumah sakit rujukan.
“Obatnya ada. Tapi masalahnya, pasien sering terlambat datang. Maka kami harap media dan masyarakat ikut menyebarkan pesan kewaspadaan ini,” tutur Endang.
Survei Lingkungan dan Populasi Tikus
Sementara itu, Ketua Tim Kerja Surveilans dan Sistem Informasi Kesehatan Dinkes Kota Yogyakarta, Sholikhin Dwi Ramtana, mengatakan bahwa survei reservoir telah dilakukan di dua lokasi: Bumijo dan Perumahan Lapas.
Hasilnya cukup mengkhawatirkan: sebagian besar tikus di Lapas memiliki bakteri Leptospira.
Beberapa hewan mamalia seperti anjing, sapi, kambing, dan kuda juga bisa membawa bakteri ini, tetapi risikonya lebih kecil daripada tikus.
“Kalau tidak segera ditangani, infeksinya bisa menjadi terminal. Biasanya berujung komplikasi berat pada ginjal,” jelas Sholikhin.
Ia menjelaskan bahwa Dinas Kesehatan kini menjalankan dua strategi utama, yakni pencegahan primer dan sekunder, sesuai dengan Permenko Nomor 17 Tahun 2022 tentang Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis.
“Pencegahan primer dilakukan lewat edukasi lintas sektor dan pengendalian faktor risiko lingkungan. Sementara pencegahan sekunder fokus pada peningkatan kewaspadaan tenaga kesehatan,” ujarnya.
Pemkot Yogyakarta mengingatkan orang-orang untuk tidak menyepelekan genangan air atau area lembap di sekitar rumah karena kondisi iklim yang semakin tidak menentu.
Perlindungan terbaik dapat dicapai dengan tindakan sederhana seperti menjaga kebersihan dan menutup tempat makanan.
“Leptospirosis bisa dicegah jika masyarakat disiplin menjaga kebersihan dan tidak menyepelekan gejala awal,” jelas Endang.
