Dampak Demo di Jogja: Ini Menurut Pakar Ekonomi, Benarkah Sektor Wisata Terdampak?
HAIJOGJA.COM – Pekan ini, berbagai kota di Indonesia, termasuk Yogyakarta, menjadi saksi gelombang demonstrasi.
Aksi ini dipicu kemarahan masyarakat atas kenaikan paket tunjangan anggota DPR, sekaligus menanggapi meninggalnya pengemudi ojek online (Ojol) Affan Kurniawan dalam demonstrasi di Jakarta.
Purnawan Hardiyanto, Ketua Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), menilai demonstrasi tersebut membawa dampak negatif bagi dunia investasi.
Menurutnya, perekonomian tengah lesu karena keterbatasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sehingga opsi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lewat kebijakan fiskal menjadi sangat terbatas.
Ia menambahkan, APBN saat ini terbebani utang yang harus segera dibayarkan, sehingga pemerintah pusat maupun daerah semakin agresif dalam menaikkan pajak, padahal hal ini bertentangan dengan teori fiskal.
“Jika perekonomian sedang lesu seharusnya pemerintah memberi stimulus berupa keringanan pajak dan peningkatan pemberian subsidi untuk meningkatkan daya beli masyarakat,” jelasnya, Minggu (31/8/2025), dikutip dari Harian Jogja.
Menurut Purnawan, aksi demonstrasi yang berujung anarkis justru memperburuk situasi.
Investor pun memilih bersikap wait and see, menunggu stabilitas sosial-politik kembali terjaga.
Ketidakpercayaan publik terhadap wakil rakyat, aparat, dan pemerintah memicu kekhawatiran investor, padahal pada kondisi APBN terbatas, dana investasi swasta seharusnya menjadi penopang perekonomian, menambah lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan.
“Dalam situasi seperti ini diharapkan pejabat, wakil rakyat, dan aparat dapat memberikan pernyataan yang menyejukan rakyat, bukan malah membuat emosi rakyat terpancing,” tambahnya.
Situasi ini diperkirakan berdampak pada Yogyakarta, kota pendidikan dan pariwisata, karena tingginya aktivitas mahasiswa.
Sektor yang paling terdampak adalah pariwisata dan perdagangan.
Purnawan menekankan, membangun kembali kepercayaan investor bukan hal yang mudah. Pelaku ekonomi, terutama investor, masih mengamati, menunggu apakah kondisi akan membaik atau semakin memburuk.
“Dalam waktu dekat sulit berharap nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan membaik,” imbuhnya.
Dampak Demo di Jogja Sektor Wisata
Y. Sri Susilo, Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta, menambahkan, jika kondisi ini berlanjut, iklim bisnis dan ekonomi akan semakin tidak kondusif.
Distribusi barang yang melewati wilayah demonstrasi terganggu, berdampak pada biaya logistik, serta berpotensi melemahkan rupiah dan IHSG.
Selain itu, Yogyakarta sebagai kota wisata juga akan terdampak.
Wisatawan yang merencanakan liburan akhir pekan bisa menunda kunjungan, termasuk jadwal kegiatan MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions).
“Kalau situasi tak kondusif bisa saja jadwal-jadwal MICE di minggu depan depan bisa ditunda,” ujarnya.
Data menunjukkan, IHSG melemah 1,53 persen ke level 7.830,493 pada perdagangan Jumat (29/8/2025).
Nilai tukar rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI juga turun menjadi Rp16.461 per dolar AS dari posisi Rp16.356 pada Kamis (28/8/2025).