HAIJOGJA.COM – kisah tentang Yosia Deby Septiyawati Hasibuan dan perjuangannya untuk bisa diterima di Universitas Gadjah Mada (UGM) buat takjub.

Kisah ini menggambarkan bagaimana Yosia dan keluarganya berusaha mengatasi tantangan finansial dan menggapai impian mereka.

Keluarga Yosia tidak memiliki penghasilan yang tetap setiap bulannya.

Sang ayah merantau dari kampung halamannya di Tapanuli ke Pulau Jawa puluhan tahun lalu, berharap memperoleh pekerjaan yang layak berbekal ijazah STM.

Ia akhirnya harus menerima kenyataan bahwa kesuksesan tidak semudah itu bisa diperoleh.

Baik ketika masih berada di Jakarta, hingga saat ia pindah ke Kediri pasca krisis moneter 1998, ayah Yosia lebih sering bekerja serabutan.

Selama beberapa tahun terakhir ia memperoleh penghasilan dari jual beli barang bekas atau membantu mencarikan barang-barang tertentu dengan komisi seadanya.

Meskipun keluarganya memiliki keterbatasan ekonomi dan tumbuh tanpa fasilitas yang melimpah, mereka memiliki tekad dan semangat yang kuat untuk meraih pendidikan terbaik yang bisa membantu mereka meraih kesuksesan di masa depan.

Kegagalan kakak Yosia dalam upaya sebelumnya untuk diterima di UGM menjadi dorongan bagi Yosia untuk berusaha lebih keras lagi.

Ia ingin menjadi harapan keluarganya dan mewujudkan mimpi kuliah di UGM.

Yosia menganggap UGM sebagai salah satu kampus terbaik, dan berkat kerja kerasnya, ia berhasil diterima di Program Studi Gizi Kesehatan UGM.

“Sebenarnya waktu kecil saya belum tahu banyak kampus, tapi saya tahu yang bagus itu UGM. Jadi, sejak kecil cita-citanya masuk UGM, apalagi kakak juga ingin masuk UGM. Karena kakak belum rezekinya di UGM saya semakin semangat untuk mengejar UGM, setidaknya salah satu dari kami berdua ada yang berhasil menggapai UGM,” ucap Yosia.

Awalnya keluarga sudah membayangkan bahwa mereka mungkin harus mencari pemasukan tambahan atau mencari pinjaman untuk membiayai kuliah Yosia di perguruan tinggi yang bergengsi.

Tidak pernah terlintas dalam benak mereka, bahwa mereka bisa melihat anak mereka memperoleh pendidikan di kampus terbaik tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun untuk biaya kuliah.

“Kami mendorong anak-anak kuliah, tapi kami juga berharap mereka mengerti kondisi orang tua. Waktu kami tahu Yosia diterima di UGM kami ikut senang, tapi dalam hati takut juga. Tidak menyangka akhirnya bisa mendapat UKT 0, ini berkat yang luar biasa dari Tuhan,” kata Indah, ibunda Yosia.

Kisah ini juga menyoroti dukungan keluarga yang kuat dan peran orang tua dalam mendorong anak-anak mereka untuk meraih pendidikan tinggi.

Meskipun keluarga mereka tidak memiliki penghasilan tetap dan menghadapi keterbatasan finansial, orang tua Yosia mendukung impian anak-anak mereka. Keputusan Yosia untuk kuliah di UGM bukan hanya keberhasilan pribadi, tetapi juga menjadi kebahagiaan bagi seluruh keluarga.