Ada Dampak positif dan Negatif dari Kemarau Basah untuk Petani, Ini Penjelasannya!
HAIJOGJA.COM – Bayu Dwi Apri Nugroho, pakar agrometeorologi dari FTP UGM, menekankan perlunya kewaspadaan terhadap fenomena kemarau basah yang diprediksi terjadi hingga Oktober 2024, menurut data BMKG.
“Merujuk pada informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bahwa kemarau basah diprediksi akan terjadi selama 3 bulan kedepan, yaitu sampai Oktober 2024,” ujar Bayu beberapa waktu lalu, dilansir dari Liputan 6.
Fenomena ini tidak hanya memicu risiko bencana seperti banjir dan longsor, tapi juga berdampak besar pada sektor pertanian dan ketahanan pangan nasional.
Ia menjelaskan bahwa banyak petani sudah terdampak karena gagal tanam akibat perhitungan musim yang keliru.
Mereka mengira curah hujan sudah menurun saat memasuki musim kemarau, padahal intensitas hujan justru meningkat dan menyebabkan banjir di lahan pertanian.
Namun, di sisi lain, curah hujan tinggi juga bisa membawa manfaat bagi wilayah kering seperti Papua dan Indonesia Timur.
“Meski berdampak negatif, kemarau basah ini juga bisa berdampak secara positif untuk pertanian, yaitu peningkatan intensitas curah hujan ini akan menguntungkan untuk wilayah-wilayah yang kering dan tadah hujan, sehingga ini akan membuat ketersediaan air di wilayah-wilayah tersebut cukup dan petani di wilayah tersebut bisa melakukan aktifitas penanaman, seperti di wilayah Papua dan Indonesia bagian Timur lainnya,” terangnya.
Pentingnya Prediksi Cuaca
Bayu menyoroti pentingnya prediksi cuaca yang akurat hingga tingkat desa agar petani lebih siap menghadapi La Niña dan dampaknya.
“Prediksi awal terjadinya La Niña ini bermanfaat dalam membantu perencanaan dan pengelolaan berbagai sektor seperti sumber daya air, energi, transportasi, pertanian, kehutanan, perikanan serta menghindari atau mengurangi potensi kerugian yang lebih besar,” ungkapnya.
Ia juga mendorong edukasi berkelanjutan mengenai fenomena cuaca ekstrem serta perlunya penyediaan asuransi pertanian.
Tak kalah penting, kesiapan infrastruktur seperti pompa air, jaringan irigasi, dan penggunaan benih tahan genangan sangat diperlukan untuk meminimalkan kerugian petani.