BRIN Temukan Potensi Tsunami Raksasa di Selatan Jawa, Jogja Punya Tiga Lapis Paleotsunami
HAIJOGJA.COM — Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan temuan potensi tsunami raksasa di selatan Jawa, termasuk Yogyakarta.
Di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa ini didiami paleotsunami sehingga tsunami raksasa di selatan Jawa memang pernah terjadi berulang.
Biasanya, rentang waktu antarkejadian diperkirakan 600-1200 tahun.
Peneliti Purna Sulastya Putera menyebut berdasarkan perhitungan matematis oleh McCaffrey, gempa besar magnitudo 9 di selatan Jawa berulang setiap 675 tahun sekali.
“Itu artinya, di seluruh selatan Jawa bisa berdampak (tsunami),” kata Purna pada 6 Agustus 2025.
Temuan Paleotsunami di Berbagai Daerah Selatan Jawa
1. Temuan Paleotsunami di Lebak, Banten
Menurut Purna, hasil studi di Lebak, Banten mengungkap lapisan pasir yang kaya akan mikrofauna laut dan potongan kayu besar pada kedalaman kurang dari satu meter.
Yang menarik, potongan kayu tersebut bukan berasal dari lingkungan rawa, melainkan diduga dibawa oleh gelombang besar dari laut.
Di lokasi ini juga ditemukan mineral glaukonit yang mengisi cangkang-cangkang foraminifera, biota laut mikroskopis, yang biasanya hidup di lingkungan laut dalam.
Selain itu, ditemukan juga karang bercabang (branching coral) dalam posisi berdiri yang tertimbun pasir, yang diperkirakan merupakan jejak tsunami besar yang terjadi sekitar 400 hingga 3.000 tahun lalu.
2. Temuan Paleotsunami di Pangandaran, Jawa Barat
Sementara itu, di Pangandaran, Jawa Barat, ditemukan endapan tsunami yang berlapis-lapis, termasuk lapisan pasir bergelombang.
Struktur ini menunjukkan adanya perubahan lingkungan signifikan yang disebabkan oleh uplift (pengangkatan tanah akibat gempa), mengindikasikan bahwa gempa bumi besar pernah terjadi dan disusul oleh tsunami.
Penelitian di Adipala, Cilacap, Jawa Tengah juga menghasilkan temuan unik berupa radiolaria, yaitu mikroorganisme laut dalam yang sangat jarang ditemukan dalam endapan tsunami.
Umur lapisan ini diperkirakan mencapai sekitar 1.800 tahun.
3. Temuan Paleotsunami di Kulonprogo, DI Yogyakarta
Penelitian berlanjut ke Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, di mana tim peneliti menemukan lapisan berisi cangkang foraminifera, termasuk jenis bayi foraminifera (baby foram).
Temuan ini menjadi indikasi kuat bahwa material laut telah terbawa ke daratan oleh gelombang besar.
Tiga lapisan endapan tsunami purba ditemukan di lokasi ini, meski proses penanggalan karbon (carbon dating) masih berlangsung untuk menentukan usia pastinya.
Tim memperkirakan lapisan-lapisan ini berumur lebih dari 1.800 tahun.
4. Temuan Paleotsunami di Ujung Genteng, Jabar
Di Ujung Genteng, Jawa Barat, ditemukan lapisan pasir setebal 7 meter dalam lingkungan rawa.
Lapisan ini diperkirakan merupakan hasil dari dua peristiwa tsunami yang terjadi sekitar 4.300 dan 5.500 tahun lalu.
Temuan ini semakin memperkuat bukti bahwa wilayah selatan Jawa memiliki sejarah panjang bencana tsunami.
5. Temuan Paleotsunami di Lumajang, Jatim
Sementara itu, di Lumajang, Jawa Timur, ditemukan lapisan pasir yang kontras dengan lapisan lempung di sekitarnya, dengan usia diperkirakan antara 300 hingga 400 tahun.
Meski bukan bagian dari tsunami raksasa seperti di wilayah barat Jawa, peristiwa ini tetap dicurigai sebagai tsunami lokal yang berdampak signifikan.
Potensi Tsunami Raksasa di Jogja
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bukti sejarah ini membuktikan bahwa Jogja pernah terdampak tsunami besar di masa lalu.
Gelombang tsunami yang menerjang Jogja bukan menjadi peristiwa langka, melainkan berulang dalam siklus geologi tertentu.
“Di Kulonprogo ini kita menemukan ada tiga lapis paleo tsunami yang sebenarnya hasil dating-nya atau umurnya kita belum tahu karena masih dianalisis. Kita berharap yang lapisan yang tengah dan paling atas itu itu lebih mudah dari 1.800 sehingga kita bisa merekonstruksi lebih detail perulangan dari tsunami raksasanya,” ucap Purna.
Pentingnya Studi Paleotsunami untuk Mitigasi Bencana
Purna menegaskan bahwa bukti geologi mengenai keberadaan tsunami purba sudah jelas terlihat.
Namun, tantangan utama saat ini adalah mengidentifikasi karakteristik tsunami masa lalu secara detail.
“Kita belum bisa menjawab berapa jumlah gelombang tsunami masa lalu, seberapa besar genangannya, hingga berapa lama waktu evakuasi yang tersedia. Ini yang akan kita analisis lebih lanjut untuk mengetahui karakteristiknya,” jelasnya.
Dengan pertumbuhan penduduk dan pembangunan infrastruktur di wilayah pesisir selatan Jawa, Purna memperingatkan bahwa risiko paparan tsunami semakin meningkat.
Diperkirakan hingga tahun 2030, sebanyak 30 juta penduduk berpotensi terdampak tsunami di kawasan ini.
Maka dari itu, pentingnya mendesain sistem mitigasi dan peringatan dini yang memadai dalam membangun wilayah pesisir selatan Jawa.