HAIJOGJA.COM – Kematian diplomat Kemenlu yang mendadak Arya Daru Pangayunan, pada 9 Juli 2025 mengejutkan publik dan menimbulkan banyak pertanyaan.

Kasus ini menjadi perhatian khusus, terutama bagi kalangan akademik, termasuk para mahasiswa di kampus tempat Arya pernah menimba ilmu.

Pada Kamis, 10 Juli 2025, wartawan Kedaulatan Rakyat menghubungi dua mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada dari angkatan berbeda untuk mengetahui respons mereka terhadap insiden ini.

Mereka dimintai pendapat soal dampak psikologis kasus ini, harapan terhadap proses investigasi, serta pelajaran dan solusi yang bisa ditawarkan.

Mohan Eteng Sitorus, mahasiswa angkatan 2022, menyatakan bahwa peristiwa ini tidak menyurutkan semangatnya untuk berkarier sebagai diplomat.

“Malah masih tetap semangat. Semangatnya tetap tinggi dan saya berharap membawa pengetahuan yang saya peroleh selama studi di Universitas Gadjah Mada dapat menjadi diplomat yang efektif dan berdedikasi,” jawabnya dalam wawancara, dikutip dari Kr Jogja.

Ia justru semakin termotivasi dan percaya bahwa profesi diplomat tetap memiliki kontribusi besar bagi negara.

Ia menyadari adanya risiko dalam profesi ini, namun tidak menganggapnya sebagai penghalang.

Khawatir dengan Profesi Diplomat

Sementara itu, Daniel Situmeang, mahasiswa angkatan 2024, mengaku tidak takut namun merasa khawatir terhadap keselamatan dalam profesi tersebut.

Ia masih mempertimbangkan apakah jalan menjadi diplomat cocok untuknya, meskipun ia memahami bahwa pengabdian sebagai aparatur negara memang menuntut pengorbanan.

“Dan itulah suatu sacrifice, pengorbanan yang harus kita lakukan untuk berkontribusi pada negara,” katanya demikian.

Proses Penyelidikan Harus Menyeluruh

Kedua mahasiswa ini sepakat bahwa proses penyelidikan atas kematian Arya harus dilakukan secara menyeluruh dan transparan.

Mohan berharap agar kebenaran terungkap dan keadilan ditegakkan.

Daniel menambahkan bahwa kasus ini penting tidak hanya untuk korban dan keluarganya, tetapi juga demi perlindungan bagi seluruh aparatur sipil negara.

“Saya berharap bahwa proses investigasi dapat dilakukan secara transparan dan objektif serta bahwa pihak yang bertanggung jawab atas kematian Arya Daru Pangayunan nantinya jika sudah ditelusuri, dapat diadili dengan hukum dan ketentuan yang berlaku,” ujarnya.

Daniel juga mengingatkan bahwa dunia hubungan internasional tidak selalu glamor, melainkan penuh tantangan dan konsekuensi serius.

Oleh karena itu, kesadaran akan tanggung jawab dan risiko harus dimiliki sejak dini oleh para mahasiswa HI.

Pengingkatan Sistem Pengamanan

Sebagai solusi konkret, Mohan mengusulkan peningkatan sistem pengamanan dan kesejahteraan diplomat, serta memperkuat koordinasi antar lembaga terkait untuk menciptakan perlindungan yang lebih baik.

“Pertama perlu ditingkatkan sistem pengawasan dan perlindungan bagi para diplomat. Kedua meningkatkan kesadaran akan resiko dan tantangan yang dihadapi oleh diplomat. ketiga meningkatkan keamanan dan kesejahteraan bagi para diplomat. Serta, keempat meningkatkan kerjasama institusi diplomatik dan pihak yang berwajib untuk meningkatkan keamanan dan penegakan hukum. Dengan demikian kita dapat mencegah kejadian serupa dan meningkatkan keamanan bagi para diplomat Indonesia ya,” pungkasnya.

Ia juga menekankan pentingnya mengawal kasus ini dengan bijak dan tidak menyebarkan informasi yang belum terbukti kebenarannya.

Arya ditemukan meninggal di kamar indekosnya dengan kondisi mengenaskan, dan hingga kini penyelidikan masih terus berjalan.

Kasus ini menjadi refleksi mendalam atas risiko profesi diplomatik di tengah tuntutan pengabdian kepada negara.