8 Tempat Beli Oleh-Oleh Khas Gunung Kidul yang Legendaris dan Bikin Kangen
HAIJOGJA.COM – Gunung Kidul dikenal tidak hanya karena pesona alamnya yang menawan, tetapi juga karena oleh-oleh khasnya yang menggugah selera dan penuh kenangan.
Di berbagai sudut wilayah ini, tersembunyi tempat-tempat legendaris yang sudah puluhan tahun menjadi langganan wisatawan untuk membeli buah tangan.
Tempat-tempat ini menawarkan aneka jajanan tradisional seperti geplak, tiwul kering, dan keripik belut yang dibuat dengan resep turun-temurun.
Cita rasa yang autentik dan suasana khas pedesaan membuat pengalaman belanja oleh-oleh di sini terasa istimewa dan hangat.
Selain jajanan khas, pengunjung juga bisa menemukan berbagai kerajinan tangan seperti batik kayu, pernak-pernik anyaman, dan suvenir berbahan alam yang mencerminkan kearifan lokal.
Tempat-tempat ini biasanya dikelola oleh keluarga atau komunitas lokal, sehingga suasana akrab dan pelayanan ramah menjadi nilai tambah tersendiri.
Tak heran, banyak orang yang datang kembali ke Gunung Kidul hanya untuk merasakan kembali kenangan saat membeli oleh-oleh dari tempat-tempat legendaris ini, tempat yang bukan hanya menjual barang, tetapi juga menyimpan cerita dan rasa rindu akan kampung halaman.
8 Rekomendasi Tempat Beli Oleh-Oleh Khas Gunung Kidul yang Legendaris dan Bikin Kangen
Berikut delapan tempat legendaris di Gunung Kidul yang dikenal sebagai pilihan oleh-oleh paling bikin kangen, lengkap dengan produk, kisaran harga, dan lokasinya:
1. Produsen Tiwul Manis (singkong manis beragam rasa)

Di pinggir Jalan Wonosari–Baron (sekitar Km 4), ada produsen rumahan legendaris yang sudah lama menjadi tujuan wisatawan dan pemudik.
Dipimpin oleh keluarga lokal, tempat ini mengkhususkan diri membuat tiwul manis hangat dengan aneka topping seperti gula jawa, cokelat, keju, pandan, stroberi, hingga nangka.
Produk diproses tanpa pengawet, langsung dibuat saat dipesan, menciptakan tekstur pulen dan rasa yang lembut.
Pada musim liburan, permintaan melonjak dari rata-rata 20–30 bungkus per hari, menjadi 50–60 saat akhir pekan, dan hingga 150 bungkus saat libur nasional seperti Lebaran.
- Produk: Tiwul manis variasi cokelat, pandan, kopi, gula jawa, hingga keju
- Harga: ± Rp 13.000 per kotak
- Lokasi: Jl. Baron Km 4, Dungabah I, Duwet, Wonosari
2. Warung Nasi Tiwul Gurih

Warung ini menyajikan nasi tiwul gurih varian tiwul yang menjadi alternatif pengganti nasi, terbuat dari singkong yang diolah seperti gaplek, ditumbuk, lalu dikukus.
Penyajian khasnya termasuk tiwul dicampur atau disajikan layaknya nasi putih, lengkap dengan lauk tradisional seperti tempe, tahu, dan sayur sederhana, bahkan terkadang lauk ikan kecil atau olahan lokal lainnya.
Warung ini biasa ditemukan di area pasar tradisional atau di pedagang kaki lima sepanjang rute wisata, termasuk sekitar Pasar Ngingrong di Wonosari Gunung Kidul.
- Produk: Nasi tiwul gurih, alternatif nasi tradisional
- Harga: Rp 7.000 – 25.000 per porsi (tergantung lauk)
- Lokasi: Jl. Pramuka No.36, Pandansari, Wonosari
3. Pathilo (kerupuk singkong fermentasi)

Pathilo adalah camilan tradisional khas Gunung Kidul yang terbuat dari singkong (jawa: telo).
Namanya berasal dari gabungan kata pathi (pati) dan telo (singkong), mencerminkan bahan utamanya: pati dan ampas singkong fermentasi.
Dibuat dengan proses fermentasi ampas singkong selama beberapa hari lalu dicampur bumbu seperti bawang putih dan garam, dikukus, dicetak bulat atau pipih, kemudian dijemur hingga kering.
Pathilo mengalami fermentasi sekitar 12–72 jam yang memberikan tekstur renyah dan rasa yang kuat — gurih dan asin.
Setelah penjemuran, Pathilo mentah dijual sebagai camilan siap goreng.
Saat digoreng, camilan ini mengembang dan mendapatkan kerenyahan maksimal, cocok disantap bersama teh atau kopi.
- Produk: Pathilo – camilan mirip rengginang, tersedia mentah atau matang
- Harga: Rp 5.000 – 8.000 per bungkus
- Lokasi: Banyak ditemukan di toko/toko tradisional seputar Wonosari
4. Gatot (singkong fermentasi dan kelapa)

Gatot adalah hasil fermentasi singkong (gaplek) hingga berubah warna menjadi hitam dan memiliki tekstur kenyal.
Konon namanya merupakan plesetan dari “Gagal Total”, karena dulu dibuat dari singkong yang hampir jamuran akibat gagal panen padi.
Proses panjang ini membuat gatot kaya prebiotik dan berpotensi menggantikan nasi secara nutrisi — bahkan mengandung protein lebih tinggi daripada singkong biasa.
Gatot menghadirkan harmoni antara kekayaan budaya, inovasi tradisional, dan manfaat kesehatan.
- Produk: Gatot – singkong fermentasi, dikukus dan ditaburi kelapa
- Harga: Sekitar Rp 10.000 per kemasan instan kecil
- Lokasi: Umum dijual di pasar-pasar dan kios oleh-oleh lokal Gunung Kidul
5. Manggleng (singkong rempah gurih)

Manggleng adalah keripik singkong yang diproses secara tradisional yaitu singkong dikukus, dipotong memanjang sekitar 3–5 cm, kemudian dijemur hingga kering.
Setelah itu digoreng dan dibumbui dengan rempah seperti bawang putih, ketumbar, garam, dan gula merah untuk varian manis atau pedas manis.
Teksturnya renyah, sedikit kenyal, dan sangat bergantung pada ketebalan irisan serta teknik perendaman/jemur.
Manggleng bukan sekadar camilan, tetapi warisan kuliner yang menyatukan keahlian tradisional dan keinginan modern akan cita rasa unik.
- Produk: Manggleng – singkong berbumbu (bawang putih, ketumbar, garam), tersedia rasa pedas/manis
- Harga: Mulai Rp 15.000
- Lokasi: Ditemukan di toko camilan tradisional di daerah Wonosari
6. Walang Goreng (belalang goreng berbumbu)

Walang goreng adalah belalang goreng renyah yang populer di Gunung Kidul, terutama di daerah Wonosari, Paliyan, dan sepanjang jalur wisata pantai seperti Tepus dan Baron.
Konon, kuliner ini muncul karena warga memanfaatkan serangga hama dari musim panen pada awal abad ke-20, lalu mengolahnya menjadi camilan kaya protein.
Walang goreng merupakan oleh-oleh ikonik Gunung Kidul yang menawarkan pengalaman kuliner unik dan kaya gizi.
- Produk: Walang goreng, belalang dibumbui variatif (gurih, manis, pedas)
- Harga: Rp 30.000 – 50.000 per stoples
- Lokasi: Dijual di pinggir jalan dan kios per-camilan dekat pantai
7. Ungkrung Goreng (kepompong ulat jati goreng)

Ungkrung adalah sebutan lokal untuk kepompong ulat jati (fase pupa).
Muncul secara musiman pada awal musim hujan di daerah Ngawen, Patuk, Ngembes, biasanya saat ulat turun dari pohon jati untuk menjadi kepompong di bawah daun atau ranting rendah.
Ungkrung dimasak sederhana, sering digoreng kering dengan bumbu bawang putih dan garam, atau diolah sebagai oseng atau bacem.
Teksturnya renyah di luar namun lembut di dalam, dengan after‑taste seperti kacang atau telur ikan, dan rasa gurih alami.
Oleh‑oleh legendaris ‘ekstrem’ ini tetapi penuh makna, cocok untuk pencinta kuliner unik.
- Produk: Ungkrung, kepompong ulat jati digoreng bawang-garam
- Harga: ± Rp 70.000 per kg (saat musiman)
- Lokasi: Daerah Ngawen dan sekitar pusat oleh-oleh ekstrem
8. Kerupuk & Peyek Rumput Laut

Kerupuk atau peyek rumput laut adalah camilan rangup dengan bahan utama rumput laut lokal, biasanya jenis Ulva yang dikeringkan, dibalut adonan tepung beras berbumbu, kemudian digoreng hingga garing.
Teksturnya mirip peyek bayam, namun lebih renyah dan beraroma segar berbau laut khas Gunung Kidul.
Rasanya gurih dan kriuk, dengan sensasi asin alami dari rumput laut.
Umumnya hanya menggunakan bumbu sederhana: bawang putih, garam, dan kadang merica atau ketumbar.
Aroma lautnya lembut, bukan amis, cocok sebagai camilan ringan atau teman minum teh/kopi.
- Produk:
Kerupuk singkong: mentah/ matangnya, rasa gurih
Peyek rumput laut: renyah, beraroma laut
- Harga:
Kerupuk mentah: Rp 30.000 per kg
Peyek rumput laut: Rp 5.000 per 250 g
- Lokasi: Kios pinggir pantai (Baron, Kukup, dsb.) dan toko oleh-oleh