Polemik Program Makan Bergizi Gratis di SMKN 4 Yogyakarta: Antara Harapan dan Realita
HAIJOGJA – Program Makan Bergizi Gratis di SMKN 4 Yogyakarta belakangan ini menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan masyarakat.
Dicanangkan untuk mendukung gizi siswa secara merata, program ini justru memunculkan beragam persoalan saat diimplementasikan. Harapan agar siswa mendapatkan asupan yang sehat dan berkualitas rupanya belum bisa terpenuhi secara optimal, bahkan berujung pada keluhan serius dari pihak sekolah.
Selama beberapa bulan terakhir, pihak SMKN 4 Yogyakarta menemukan bahwa makanan yang diterima melalui program ini sering kali dalam kondisi yang tidak layak dikonsumsi.
Mulai dari buah-buahan yang membusuk hingga lauk-pauk yang mengandung ulat, laporan semacam ini terus berulang. Tercatat setidaknya enam hingga tujuh insiden serupa terjadi sejak program dijalankan di sekolah tersebut.
Sebaggai institusi pendidikan yang memiliki jurusan Tata Boga dan berstatus BLUD (Badan Layanan Umum Daerah), SMKN 4 Yogyakarta menilai kualitas makanan yang di suplai sangat bertolak belakang dengan standar gizi dan keamanan pangan yang seharusnya dijunjung tinggi.
Beberapa siswa bahkan mengalami trauma hingga enggan mengonsumsi makanan dari program tersebut, yang secara tidak langsung merusak tujuan awal proram makan bergizi itu sendiri.
Di sisi lain, pelaksanaan Program Makan Bergizi di SMKN 4 Yogyakarta menambah beban kerja yang signifikan bagi staf sekolah. Proses distribusi makanan membutuhkan waktu yang panjang, termasuk menunggu pengiriman, membagikan secara manual kepada ratusan siswa, serta mengumpulkan dan mencuci kembali alat makan.
Total waktu yang dihabiskan bisa mencapai enam jam dalam sehari, yang jelas menyita waktu dan energi yang semestinya difokuskan pada pembelajaran.
Kepala sekolah SMKN 4 Yogyakarta menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi ini. Menurutnya, bukannya membantu, program ini justru mengalihkan fokus sekolah dari fungsi utamanya sebagai penyelenggara layanan pendidikan.
Melihat akumulasi masalah tersebut, pihak SMKN 4 Yogyakarta telah mengajukan permohonan resmi untuk menghentikan pelaksanaan Program Makan Bergizi di sekolah mereka mulai tahun ajaran berikutnya.
Pihak sekolah berharap alokasi dana dari program ini bisa dialihkan untuk kebutuhan yang lebih relevan dan mendesak, misalnya pemasangan AC di ruang kelas yang selama ini hanya menggunakan kipas angin biasa.
Kejadian ini menandakan pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program-program pemerintah yang melibatkan banyak institusi pendidikan. Pelaksanaan Program Makan Bergizi di SMKN 4 Yogyakarta mengajarkan bahwa tidak semua sekolah dapat diperlakukan dengan pendekatan seragam.
Diperlukan fleksibilitas serta pelibatan aktif dari pihak sekolah dalam perencanaan dan pengawasan agar program bisa berjalan sesuai kebutuhan nyata di lapangan.
Selain itu, pengawasan terhadap vendor atauu penyedia makanan juga perlu diperketat. emerintah perlu memastikan bahwa mitra yang ditunjuk memiliki kapabilitas dalam menyediakan makan yang tidak hanya bergizi tapi juga aman dan layak konsumsi.
Apresiasi terhadap niat baik dari kebijakan ini tetap ada, namun pelaksanaannya harus memenuhi standar mutu yang ketat.
Program Makan Bergizi di SMKN 4 Yogyakarta seharusnya bisa menjadi model keberhasilan jika dikelola dengan baik. Namun kenyataannya, program ini justru memunculkan tantangan besar yang perlu segera diatasi.
Evaluasi menyeluruh dan perbaikan sistemik menjadi hal yang mendesak agar kebijakan serupa di sekolah lain tidak mengalami nasib yang sama.
Dengan adanya refleksi dan tindakan nyata dari pemerintah, diharapkan program sejenis kedepannya dapat berjalan lebih baik dan benar-benar memberi manfaat optimal bagi peserta didik di seluruh Indonesia.