HAIJOGJA.COM – Pengelolaan sampah berperan penting dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, karena sampah merupakan permasalahan yang mempengaruhi banyak aspek masyarakat dan perekonomian.

Profesor Chandra Wahyu Purnomo

Dosen Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM, mengatakan pengelolaan sampah di Jogja masih dalam situasi sulit karena hingga saat ini belum ditemukan solusinya.

Terdapat banyak peraturan mengenai sampah, mulai dari undang-undang hingga peraturan daerah, namun sistem pengolahan di Jepang masih tertinggal dibandingkan negara lain. DI Jogja masih sangat bergantung pada Instalasi Pengolahan Akhir (TPA) Piyungan , Ujar Candra Wahyu.

Kegagalan membangun pengelolaan sampah di Jogja disebut-sebut disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam memilah sampah dari sumbernya.

“Sampah harus dipilah di rumah, kantor, pabrik, dan kampus. Jika sampah tidak dipilah di hulu, proses pengolahannya akan semakin sulit.” ujarnya.

Pengelolaan sampah bisa mencapai 30%, sementara 70% sisanya ditangani oleh fasilitas pemerintah. Sebab, masalah sampah dinilai sangat kompleks.

Dengan 90% sampah Jogja masih berakhir di TPA, pemanfaatan fasilitas pemerintah seperti TPS3R dan bank sampah masih kurang optimal.

Dari 30 TPS3R yang diproduksi Kementerian PUPR di Sleman, hanya 10 yang beroperasi. Bayangkan jika semua TPS3R diaktifkan, proses pemilahan sampah pasti menjadi lebih cepat.

Pihaknya melakukan riset dan menemukan jumlah sampah di Kota Jogja mencapai 300 ton per hari dan jumlahnya terus meningkat. Meski dalam situasi darurat,  masyarakat masih belum sadar akan pemilahan sampah.