Sejarah Benteng Vredeburg Yogyakarta, Fungsi dan Fakta yang Jarang Diketahui
HAIJOGJA.COM – Benteng Vredeburg merupakan sebuah benteng kolonial yang menjadi saksi bisu peristiwa bersejarah di Yogyakarta. Lokasinya berdekatan dengan Gedung Agung dan Keraton Yogyakarta.
Pembangunan benteng ini dimulai pada abad ke-18, tepatnya pada tahun 1760. Sultan Hamengku Buwono I membangun Benteng Vredeburg atas permintaan dari pihak Belanda.
Meskipun Belanda berdalih bahwa benteng ini dibangun untuk menjaga keamanan keraton, sebenarnya tujuannya adalah memudahkan pengawasan pihak Belanda terhadap segala kegiatan yang terjadi di Keraton Yogyakarta.
Sejak tahun 1992, bangunan benteng ini diubah menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional yang dikenal sebagai Museum Benteng Vredeburg.
Sejarah Benteng Vredeburg Yogyakarta
Pembangunan Benteng Vredeburg erat kaitannya dengan lahirnya Kesultanan Yogyakarta pada tahun 1755. Setelah keraton, pasar, masjid, alun-alun, dan bangunan pelengkap lainnya dibangun, Kesultanan Yogyakarta mengalami kemajuan pesat. Namun, kemajuan tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi pihak Belanda.
Mereka meminta izin kepada sultan untuk membangun benteng yang dapat melindungi keraton. Pembangunan benteng pertama kali dilakukan pada tahun 1760, dengan bentuk bangunan yang masih sederhana. Pada saat itu, tembok benteng terbuat dari tanah dan diperkuat dengan tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren.
Pada tahun 1765, W.H. van Ossenberg mengusulkan untuk memperkuat bangunan benteng guna menjamin keamanannya. Sultan menerima usulan tersebut, dan mulai tahun 1767, pembangunannya dikerjakan oleh arsitek Belanda bernama Ir. Frans Haak.
Ir. Frans Haak memerlukan waktu hampir 20 tahun untuk menyelesaikan tugasnya. Setelah selesai, benteng tersebut diberi nama Rustenburg, yang berarti benteng peristirahatan.
Namun, menjelang akhir abad ke-19, Benteng Rustenburg mengalami kerusakan parah akibat guncangan gempa bumi. Setelah direnovasi oleh Belanda, nama benteng diubah menjadi Benteng Vredeburg, yang artinya benteng perdamaian.
Fungsi Benteng Vredeburg
Benteng Vredeburg dikelilingi oleh parit dengan bastion sebagai pengintai atau ruang jaga di keempat sudutnya. Di dalamnya, terdapat beberapa bangunan penting, seperti rumah perwira, rumah residen, asrama prajurit, gudang senjata, gudang logistik, hingga rumah sakit.
Sejak didirikan hingga kini, Benteng Vredeburg telah mengalami beberapa kali perubahan status kepemilikan dan fungsi.
Antara tahun 1760 hingga 1942, bangunan ini digunakan sebagai benteng pertahanan dan markas militer oleh pihak Belanda. Namun, saat masa penjajahan Inggris (1811-1816), Benteng Vredeburg sempat dikuasai oleh John Crawfurd atas perintah Raffles.
Pada tahun 1942, tentara Jepang mengambil alih benteng ini ketika mereka menjajah Indonesia. Selama tiga tahun berikutnya, Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat tawanan untuk orang Belanda dan Indonesia, serta berfungsi sebagai markas militer dan gudang senjata militer Jepang.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Benteng Vredeburg diambil alih oleh instansi militer Republik Indonesia. Benteng ini kemudian digunakan sebagai asrama, markas pasukan, dan juga gudang perbekalan serta senjata.
Perubahan Benteng Vredeburg Menjadi Museum
Pada tanggal 9 Agustus 1980, pemerintah dengan persetujuan dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX, menetapkan Benteng Vredeburg sebagai pusat informasi dan pengembangan budaya nusantara.
Pada tanggal 16 April 1985, bangunan benteng ini direnovasi untuk dijadikan museum. Setelah selesai direnovasi pada tahun 1987, museum dibuka untuk umum. Pada tahun 1992, bangunan museum secara resmi ditetapkan sebagai Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Terdapat koleksi unggulan yang unik di Museum Benteng Vredeburg, seperti minirama Kongres Boedi Oetomo, diorama pelantikan Soedirman sebagai Panglima Besar TNI, mesin ketik Surjopranoto, kendil yang digunakan oleh Soedirman, Dokumen Soetomo, dan bangku militer akademi.
Museum Benteng Vredeburg menjadi tempat penting yang mengabadikan perjuangan nasional dan merupakan salah satu tempat bersejarah di Yogyakarta yang wajib dikunjungi.
Tinggalkan Balasan