HAIJOGJA.COM – Kementerian Pertanian (Kementan) ungkapkan mahasiswa yang sudah lulus dari perguruan tinggi tidak berminat jadi petani.

Di balik itu, kurangnya lapangan kerja dan ketidakpastian persaingan kerja masih menjadi hal yang menakutkan.

Beriringan dengan tantangan tersebut, berbagai perubahan dan disrupsi turut menghambat implementasi program percepatan ekonomi nasional.

Prof. Drs. Anwar Sanusi, MPA., Ph.D selaku Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia menyampaikan kondisi dunia kerja Indonesia saat ini yang dilatarbelakangi oleh berbagai faktor.

“Perguruan tinggi ini memiliki peran penting dalam ketenagakerjaan, karena konsekuensi setelah lulus perkuliahan adalah masuk ke dunia kerja. Data kami di sini menyatakan lulusan perkuliahan masih mendominasi lapangan pekerjaan di perkotaan. Artinya, mereka yang sebetulnya dari desa, dan diberikan kesempatan pendidikan ke kota, jarang kembali lagi ke desanya. Nah kami berkomitmen untuk menjadikan desa ini sebagai pusat-pusat ekonomi, sehingga terjadi relasi antara desa dan perkotaan,” ungkapnya dalam acara Sharing Session Keluarga Fisipol Gadjah Mada, dilansir pada 1 Oktober 2023.

Diketahui, 75,63% mahasiswa lulusan universitas memilih bekerja di perkotaan pada data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023.

Hal ini tentu berimplikasi pada program pengembangan desa oleh pemerintah yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Bahkan, jika dilihat dalam konteks segmentasi jenis pekerjaannya, 86,91% pekerja berpendidikan tinggi hanya tersebar di sektor formal tersier, seperti bidang perdagangan dan jasa.

Sedangkan sektor primer, seperti pertanian yang justru menjadi tumpuan kesejahteraan masyarakat dari segi bahan pangan mengalami penurunan.

Anwar menyebutkan, terjadi de-agrikulturisasi dalam distribusi pekerja lulusan universitas.

Jika terus dibiarkan, produksi pangan dikhawatirkan melemah dan krisis pangan akan terjadi.

“Data ini kalau diagregatkan dengan seluruh data ketenagakerjaan sebenarnya agak berbeda. Mayoritas masyarakat banyak yang bekerja di sektor informal, terutama masyarakat pedesaan. Nah, mereka ini kelompok rentan karena tidak mendapat perlindungan dan hak-hak ketenagakerjaan. Tapi pengalaman ketika pandemi, sektor ini lebih bisa survive daripada sektor formal. Bahkan ketika sektor formal sedang tidak beroperasi,” ucap Anwar.

Selain itu, sektor sekunder yang sebenarnya memiliki potensi besar pun juga kurang diminati oleh lulusan perguruan tinggi. Anwar menekankan, contoh paling besar adalah dinamika di bidang pertanian, di mana intervensi dan program pengembangan yang dilakukan masih belum cukup untuk mengangkat potensi sektor pertanian desa.

Hambatan tersebut dinilai cukup berisiko dalam menghadapi bonus demografi penduduk di 2045, ketika 72% penduduk memasuki usia produktif.