HAIJOGJA.COM – Pemkot Yogya melalui Satpol PP dan Pokja I TP PKK terus melakukan kegiatan Sapa Anak Kos di berbagai kawasan.

Kegiatan ini bertujuan untuk membangun komunikasi persuasif antara pemilik pondokan, penghuni pondokan dan warga sekitar agar tercipta lingkungan yang aman, harmonis dan tertib.

Salah satu lokasi yang menjadi sasaran Sapa Anak Kos adalah Kampung Purwokinanti, Kemantren Pakualaman. Pada hari Jumat (15/9), Ketua Pokja I TP PKK Kota Yogya, Wuri Astuti, bersama tim mengunjungi sembilan titik pondokan di kampung tersebut.

“Kami ingin melihat kondisi kos-kosan yang ada, apakah sudah memenuhi syarat administrasi, sanitasi, drainase, pencahayaan dan pengolahan sampah.

Kami juga ingin mengetahui bagaimana kegiatan sehari-hari penghuni kos, apakah sudah berinteraksi dengan lingkungan sekitar,” ujar Wuri.

Menurut Wuri, salah satu hal yang menjadi perhatian utama dalam Sapa Anak Kos adalah ketersediaan ruang tamu di setiap pondokan.

Ruang tamu ini penting untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi antara penghuni kos dan tamunya, terutama jika berbeda jenis.

“Kalau tidak ada ruang tamu, nanti kalau ada tamu kemana? Pasti ke kamar kan. Kalau sesama jenis tidak masalah, tapi kalau lawan jenis meskipun dengan aturan pintu dibuka kan tetap saja. Jadi kami harap pemilik pondokan bisa menyediakan ruangan untuk menerima tamu,” tutur Wuri.

Wuri juga mengharapkan peran aktif dari masyarakat sekitar untuk peduli terhadap kondisi dan karakter penghuni kos.

Ia berharap penghuni kos bisa dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan tempat mereka tinggal.

Sementara itu, Kasi Pembinaan Potensi Satpol PP Kota Yogya Ferry Suprapto menegaskan bahwa Sapa Anak Kos bukanlah kegiatan penertiban atau penegakan, melainkan kegiatan edukasi dan pembinaan.

Ia mengatakan tim Sapa Anak Kos harus mengedepankan senyum, sapa dan salam dalam berkomunikasi dengan pemilik dan penghuni pondokan.

“Kami ingin membina pemilik pondokan agar tertib administrasi dan mengajak penghuni pondokan agar membaur dengan masyarakat sekitar.

Kami tidak ingin ada kesalahpahaman atau konflik antara kami dengan induk semang atau penghuni pondokan,” ungkap Ferry.