BMKG Prediksi Hujan Lebat di Gunungkidul, BPBD Ingatkan Risiko Banjir dan Longsor
HAIJOGJA.COM – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul mengingatkan warga agar lebih waspada menghadapi potensi bencana di awal musim penghujan.
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), wilayah Gunungkidul diperkirakan mulai memasuki musim hujan pada akhir Oktober 2025.
Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Purwono, menyebutkan bahwa cuaca ekstrem sudah mulai terjadi dalam beberapa minggu terakhir.
Intensitas hujan terlihat meningkat dibandingkan dengan masa kemarau basah sebelumnya.
BMKG Prediksi Hujan Lebat di Gunungkidul
“Contohnya hari ini, sudah ada peringatan dini dari BMKG akan potensi hujan dengan intensitas lebat di wilayah Gunungkidul bagian utara,” kata Purwono, Rabu (22/10/2025), dikutip dari Harian Jogja.
Ia juga menyatakan bahwa peringatan dini ini mencakup hujan deras serta kilat dan angin kencang.
Karena itu, masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan untuk mengurangi dampak bencana.
Purwono menjelaskan bahwa meskipun musim hujan diproyeksikan akan dimulai pada akhir Oktober, cuaca saat ini sudah cukup ekstrim dan menyebabkan beberapa insiden, seperti pohon tumbang dan kerusakan rumah karena angin kencang.
“Kesiapsiagaan bencana harus terus ditingkatkan, meski baru awal musim hujan. Dengan adanya mitigasi, dampak bencana dapat dikurangi,” katanya.
Selain itu, BPBD Gunungkidul telah menyusun analisis kemungkinan bencana di berbagai wilayah. Tempat yang paling rentan terhadap banjir adalah di sepanjang aliran Kali Oya dan di beberapa tempat di Kapanewon Girisubo.
Di sisi lain, wilayah utara seperti Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan Ponjong sangat rentan terhadap longsor.
“Untuk angin kencang, potensinya menyebar di seluruh wilayah Gunungkidul,” ujarnya.
Sebagai langkah antisipasi, masyarakat diimbau untuk melakukan kerja bakti membersihkan saluran air dan memangkas pohon yang terlalu rindang. Purwono juga menekankan pentingnya memantau informasi cuaca terbaru dari BMKG sebagai acuan kesiapsiagaan.
“Yang tak kalah penting adalah terus memantau informasi cuaca terkini dari BMKG sebagai acuan,” katanya.
Karena itu, menurut Sugiyanto, Carik Kalurahan Tegalrejo, Gedangsari, daerah tersebut termasuk kategori daerah rawan longsor karena lokasinya yang berupa perbukitan.
Warga telah membentuk Kalurahan Tangguh Bencana dan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) untuk mengurangi risiko.
Selain itu, mereka juga memasang sistem peringatan dini longsor (Early Warning System/EWS).
“Untuk kondisi EWS akan kami cek terlebih dahulu, apakah berfungsi atau tidak. Yang jelas, upaya mitigasi bencana terus dilakukan agar dampak saat terjadi suatu peristiwa dapat ditekan,” katanya.