HAIJOGJA.COM – Program Jogja Sapa Lansia tahap 2 resmi dibuka pada 24 September 2025 dan dijadwalkan berlangsung hingga akhir November 2025.

Inisiatif ini dijalankan Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) dengan fokus meningkatkan kualitas hidup lansia, khususnya yang berada dalam kondisi tirah baring.

Kepala Bidang Pemberdayaan dan Rehabilitasi Sosial Dinsosnakertrans Kota Yogyakarta Indrawati menegaskan bahwa tujuan program tidak berubah dari tahap sebelumnya, yakni peningkatan kualitas hidup dan kesehatan lansia, pemberian edukasi bagi pendamping, serta upaya mengurangi keterlantaran.

“Perbedaannya, kalau tahap pertama lebih banyak melibatkan mahasiswa, kali ini menggandeng organisasi profesi kesehatan dan lembaga layanan. Jadi harapannya lebih tertata karena perawat, bidan, dan LPK dari lembaga sudah memiliki kapasitas di bidangnya masing-masing,” jelas Indrawati saat ditemui di kantornya, Kamis (25/9).

Indrawati menyebutkan sejumlah organisasi yang berpartisipasi dalam Jogja Sapa Lansia tahap II, di antaranya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), LPK Insan Medika Academy, serta mahasiswa Stikes Bethesda.

Mereka ditempatkan di empat wilayah, yaitu Kemantren Ngampilan, Kraton, Gondomanan, dan Kelurahan Rejowinangun.

Kepala Seksi Pemberdayaan Sumber Daya Kesejahteraan Sosial Ragil Destiana merinci total relawan yang terjun, meliputi 68 perawat dari PPNI, 30 relawan LPK Insan Medika, 6 bidan dari IBI, serta 44 mahasiswa Stikes Bethesda.

“PPNI bertugas di Ngampilan dan Kraton, LPK di Gondomanan, sedangkan IBI bersama Stikes Bethesda di Rejowinangun,” ujarnya.

Jumlah lansia yang menjadi sasaran program mencakup 22 orang di Ngampilan, 39 orang di Kraton, 13 orang di Gondomanan, dan 23 orang di Rejowinangun.

Data tersebut dikumpulkan oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta.

Rangkaian Kegiatan Jogja Sapa Lansia Tahap 2

Ragil menjelaskan bahwa setiap lansia akan menerima minimal tiga kali kunjungan.

Dalam kunjungan tersebut dilakukan pemeriksaan kesehatan dasar, meliputi pengecekan tekanan darah, gula darah, hingga kolesterol.

Selain itu, ada asesmen kebutuhan lansia, termasuk potensi bantuan alat bantu seperti kursi roda.

Keluarga atau pendamping lansia juga mendapat edukasi mengenai cara perawatan lansia tirah baring agar tetap sehat dan nyaman.

Dukungan tambahan datang dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dengan penyediaan format laporan serta peminjaman peralatan pemeriksaan kesehatan bagi relawan.

PPNI sendiri telah menyiapkan perangkat medis, hanya membutuhkan tambahan reagen dari Puskesmas.

“Targetnya sederhana lansia dikunjungi, dikaruhke atau disapa, dicek kesehatannya. Jadi tidak hanya soal home care, tapi juga memastikan mereka tetap diperhatikan,” tambah Ragil.