HAIJOGJA.COM — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan prediksi musim hujan tahun 2025.

Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, musim hujan tahun ini akan datang lebih cepat.

Namun, tingkat curah hujan rata-rata sepanjang musim cenderung normal.

Dwikorita menyebut bahwa musim hujan sebenarnya sudah mulai tiba di beberapa zona musim (ZOM).

Prediksi Musim Hujan 2025

Beberapa wilayah di Indonesia sudah memasuki musim hujan sejak bulan Agustus, dan akan meluas ke daerah lainnya selama bulan September, Oktober, hingga November 2025.

Dari hasil pemantauan BMKG, wilayah yang diperkirakan mulai mengalami musim hujan pada September 2025 adalah sebagai berikut.

– sebagian besar Sumatera Utara

– sebagian Riau

– bagian utara Sumatera Barat

– bagian barat Jambi

– bagian utara Bengkulu

– bagian selatan Bangka Belitung

– Sumatera Selatan

– sebagian kecil wilayah Jawa

– Kalimantan Selatan

– sebagian Papua Selatan

Sedangkan pada bulan Oktober 2025, musim hujan diperkirakan terjadi di 149 ZOM atau sekitar 21,3 persen wilayah Indonesia. Wilayah ini meliputi:

– sebagian Lampung

– hampir seluruh Pulau Jawa

– Bali

– beberapa wilayah Nusa Tenggara Barat

– Sulawesi bagian selatan

– Papua bagian tengah

Wilayah yang diperkirakan akan memasuki musim hujan pada November 2025 mencakup:

– sebagian besar Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur

– bagian tengah dan tenggara Sulawesi

– sebagian Maluku

– sebagian Papua Barat

– sebagian Papua

“Dibandingkan dengan rerata klimatologis 1991–2020, awal musim hujan tahun ini cenderung maju di sebagian besar wilayah Indonesia. Musim hujan diprediksi berlangsung dari Agustus 2025 hingga April 2026,” jelas Dwikorita pada konferensi pers di Jakarta, 12 September 2025.

Prediksi Puncak Musim Hujan 2025/2026

Dwikorita juga menyampaikan bahwa puncak musim hujan secara umum diperkirakan terjadi pada periode November-Desember 2025 dan Januari-Februari 2026.

Sebanyak 250 zona musim (ZOM) atau sekitar 33,6 persen wilayah diperkirakan mengalami puncak musim hujan pada November-Desember 2025.

Sementara itu, 278 ZOM atau sekitar 39,5 persen wilayah lainnya diprediksi mengalami puncaknya pada Januari-Februari 2026.

Berikut adalah daftar wilayah yang diperkirakan mengalami puncak musim hujan pada akhir 2025 dan awal 2026:

Wilayah dengan puncak musim hujan pada November-Desember 2025:

– Sebagian besar wilayah Sumatera

– Banten bagian selatan

– Jawa Barat bagian selatan

– Jawa Tengah bagian selatan

– Sebagian wilayah Jawa Timur

– Sebagian besar wilayah Kalimantan

– Sulawesi bagian utara dan barat

– Sebagian wilayah Maluku Utara

– Sebagian wilayah Maluku

– Sebagian wilayah Papua Barat

– Papua bagian tengah

Wilayah dengan puncak musim hujan pada Januari-Februari 2026:

– Jambi bagian selatan

– Bengkulu bagian selatan

– Sumatera Selatan bagian timur

– Hampir seluruh wilayah Pulau Jawa

– Bali

– Nusa Tenggara Barat

– Nusa Tenggara Timur

– Sulawesi Utara bagian barat

– Gorontalo bagian barat

– Sebagian wilayah Maluku

– Sebagian wilayah Papua Barat

– Sebagian besar wilayah Papua

Dwikorita juga mengimbau para petani untuk menyesuaikan jadwal tanam agar tidak bertepatan dengan masa puncak hujan.

Ia menyarankan penggunaan varietas padi yang tahan terhadap genangan serta melakukan pembenahan sistem irigasi dan drainase.

Pemerintah pun diimbau untuk mendukung sektor pertanian melalui penyediaan benih cadangan, informasi iklim, hingga asuransi pertanian.

Untuk sektor perkebunan, Dwikorita menekankan pentingnya pengendalian hama dan penyakit secara intensif, pengelolaan sistem drainase, penyesuaian pemupukan agar tidak terjadi pencucian nutrisi, serta pemanfaatan air hujan.

“Wilayah dengan sifat hujan di bawah normal rentan mengalami kekeringan. Karena itu, perlu pengelolaan air, penggunaan varietas tahan kering, penyesuaian pola tanam, sosialisasi kepada petani, serta antisipasi karhutla,” ujar Dwikorita.

BMKG juga memberikan peringatan mengenai potensi peningkatan penyebaran nyamuk demam berdarah (DBD) selama musim hujan 2025/2026.

Diperkirakan, kondisi iklim yang sangat lembap, dengan kelembapan udara di atas 80 persen, akan memicu peningkatan risiko DBD, terutama pada Desember 2025 hingga Januari 2026.

Wilayah dengan risiko tertinggi meliputi Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur.

“Rekomendasinya meliputi PSN, larvasidasi, fogging fokus, penyuluhan, serta monitoring melalui sistem peringatan dini DBD BMKG,” pungkas Dwikorita.