Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo Serukan Integrasi Data Nasional: Apa yang Perlu Diperhatikan?
HAIJOGJA.COM – Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mendorong Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) untuk mengintegrasikan data makro dan mikro agar lebih selaras.
Pernyataan ini disampaikan Hasto saat menghadiri Forum Smart City Nasional di Yogyakarta, Rabu (27/8/2025).
Menurutnya, integrasi ini sangat penting karena selama ini sering terjadi ketidaksesuaian antara data makro dan mikro.
“Single website itu penting. Hari ini ada data sektoral, ada data umum, data sektoral itu lahir dari unit-unit kerja. Data umum itu data yang dari BPS biasanya itu data makro,” jelas Hasto.
Integrasi Data Nasional yang Harus Diperhatikan
Hasto menekankan, data makro hanya menampilkan persentase per wilayah, tanpa rincian per individu atau alamat.
Sebaliknya, data mikro jauh lebih detail karena bisa menunjukkan informasi by name by address.
Ketimpangan ini kerap menimbulkan perdebatan antara pemerintah pusat dan daerah karena masing-masing menggunakan basis data berbeda.
Hasto mencontohkan, data stunting Kemenkes bisa menunjukkan 18 persen, sementara pemerintah daerah menggunakan data mikro yang menunjukkan 14 persen.
“Stunting itu berdebat lho, Kemenkes mengeluarkan data stunting misalkan 18 persen. Orang di bawah itu (pemerintah daerah) pakai data mikro katakan aku 14 persen,” ujarnya.
“Nah itu lah menurut saya perlu dijembatani kalau enggak ya kelahi terus data makro dan mikro,” ujarnya.
Namun, Hasto menekankan bahwa sinkronisasi data harus disertai proses verifikasi dan validasi.
“Verifikasi validasi. Sebetulnya yang bisa mengadili itu ya komdigi ini mestinya. Memanfaatkan Komdigi untuk menyatukan data ya itu yang harus dilakukan,” tambah mantan kepala BKKBN itu.
Selain itu, keamanan data juga menjadi perhatian utama, karena data mikro mencakup informasi sensitif seperti nama, alamat, dan status pernikahan.
Hasto menekankan agar data pribadi tidak bocor.
Ia memberi contoh, pernah mendapat protes ketika sistem informasi keluarga (Siga) menampilkan status pernikahan yang tidak diketahui publik.
“Harus hati-hati data mikro gak boleh bocor karena itu jadi rahasia pribadi orang. Saya pernah diprotes orang. Istrinya dua, istri satu gak tahu kalau suami punya istri lain. Ternyata di Siga sistem informasi keluarga muncul ini ketahuan, hati-hati dashboardnya dijaga jangan asal upload di front end,” pungkas Hasto.