HAIJOGJA.COM — Ketahui 7 fakta cacingan yang wajib diperhatikan agar tetap sehat dan selamat.

Meninggalnya balita bernama Raya (4) di Sukabumi menjadi alarm untuk masyarakat mengenai pentingnya pencegahan dan penanganan cacingan.

Sayangnya, hingga kini cacingan masih dianggap sepele.

Padahal, penyakit ini dapat berdampak bagi kesehatan, tumbuh kembang, bahkan nyawa.

Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof. Tjandra Yoga Aditama menilai perlunya penjelasan resmi dari pihak rumah sakit mengenai penyebab kematian dan kondisi medis Raya sebenarnya.

“Untuk analisis bagaimana keadaan klinis serta apa penyebab kematian maka kita perlu menunggu penjelasan resmi dari pihak Rumah Sakit secara rinci dulu, sebelum mengambil kesimpulan yang jelas,” kata Tjandra dalam keterangannya.

Selain penanganan medis di rumah sakit, ia juga menegaskan pentingnya tindak lanjut di sekitar permukinan anak tersebut tinggal.

“Untuk melihat kemungkinan cacing di lingkungan sekitarnya dan penanganan segera supaya tidak ada kasus yang menyedihkan lagi,” tambahnya.

Sementara itu, ia juga menjelaskan beberapa fakta mengenai cacingan yang masih dianggap sepele oleh masyarakat dan hingga kini masih belum menjadi perhatian.

5 Fakta Cacingan yang Wajib Diketahui

1. Jenis-Jenis Cacing Penyebab Penyakit

Menurut WHO, beberapa jenis parasit cacing yang umum menyebabkan infeksi antara lain:

  • Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
  • Trichuris trichiura (cacing cambuk)
  • Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
  • Strongyloides stercoralis

“Penyakit akibat cacing adalah infeksi yang disebabkan oleh berbagai jenis parasit cacing,” jelas Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara tersebut.

2. Proses Penularan Cacing

Telur cacing yang terdapat di tinja manusia bisa mencemari tanah dan air.

Anak-anak yang bermain di tanah kotor lalu memasukkan tangan ke mulut tanpa mencuci terlebih dahulu bisa tertular.

“Penularannya melalui telur cacing yang ada di tinja yang kemudian mengkontaminasi tanah, utamanya di daerah yang buruk sanitasinya,”
tambahnya.

3. Anak dengan Gizi Buruk Rentan Terinfeksi

Lebih lanjut, Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan ini menyatakan bahwa anak-anak yang memiliki gangguan gizi dan daya tahan tubuh rendah lebih mudah terinfeksi.

“Anak yang terinfeksi biasanya mereka yang dengan gangguan fisik dan nutrizi, artinya gizinya tidak baik,”
tuturnya.

4. Pencegahan dan Pengobatan Cacingan

WHO menyarankan empat pendekatan utama dalam mengatasi cacingan:

  • Pemberian obat cacing secara berkala
  • Pendidikan dan penyuluhan kesehatan
  • Peningkatan kualitas sanitasi
  • Pengobatan dengan obat yang aman dan efektif

5. Target Global Bebas Cacingan Tahun 2030

Terakhir, Tjandra menyebut bahwa WHO telah menetapkan target global pengendalian kecacingan (Soil-transmitted helminth) hingga tahun 2030.

Maka dari itu, Indonesia perlu memiliki komitmen serupa jika ingin mencapai visi besar Indonesia Emas 2045.

“WHO sudah mencanangkan target global pengendalian kecacingan untuk tahun 2030. Tentu akan bagus kalau kita di Indonesia juga menetapkan target yang jelas pula,”
pungkasnya.

Apalagi, Indonesia telah menyatakan visi untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. “Tidak elok kalau masih ada masalah kecacingan di masa itu nantinya,” tutup Tjandra.