5 Situs Biosite yang Ditetapkan sebagai Warisan Geopark Nasional Jogja, Ada Taman Nasional Gunung Merapi Hingga Suaka Margasatwa Sermo
HAIJOGJA.COM – Tahukah kamu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan 24 warisan alam dan budaya di daerah Jogja? Ya, tentunya!
Dari 24 warisan alam, ada 5 situs biosite yang ditetapkan sebagai warisan Geopark Nasional Jogja.
Situs biosite yang telah ditetapkan sebagai bagian dari Warisan Geopark Nasional Jogja merupakan kawasan yang memiliki nilai penting dalam pelestarian geologi, keanekaragaman hayati, dan budaya lokal.
Keberadaannya mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan alam yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Situs ini juga menunjukkan berbagai jejak proses geologi masa lampau, seperti aktivitas vulkanik, pembentukan batuan, serta pengaruh air dan angin dalam membentuk lanskap unik yang menjadi daya tarik edukatif maupun wisata.
Selain nilai geologis, kawasan tersebut juga berperan penting dalam pelestarian budaya dan pengetahuan lokal.
Tentunya masyarakat sekitar terlibat aktif dalam menjaga kelestarian situs melalui tradisi, kegiatan ekonomi berkelanjutan, serta edukasi kepada pengunjung.
Dengan ditetapkannya sebagai warisan geopark nasional, kawasan tersebut tidak hanya dilindungi secara hukum, tetapi juga dijadikan sebagai sarana pembelajaran lintas disiplin untuk mengenal bumi, lingkungan, serta kearifan lokal yang hidup berdampingan dengan alam.
5 Situs Biosite yang Ditetapkan sebagai Warisan Geopark Nasional Jogja
Yuk, simak ada 5 Situs Biosite yang ditetapkan Kementerian ESDM!
1. Taman Nasional Gunung Merapi-Segmen Sleman
Salah satu biosite yang utama yaitu ada Taman Nasional Gunung Merapi-Segmen Sleman.
Kawasan ini mencakup wilayah Taman Nasional Gunung Merapi bagian selatan, yang berada di Kabupaten Sleman.
Di antaranya mencakup area sekitar Kaliurang, Hargobinangun, hingga Pakem.
Uniknya, kawasan ini menyediakan lingkungan alam yang ideal untuk edukasi tentang geologi aktif (erupsi Merapi), ekosistem vulkanik, dan strategi mitigasi bencana.
Selain konservasi, area ini juga menjadi destinasi wisata alam yang mendorong perekonomian masyarakat setempat, seperti homestay, kuliner lokal (misalnya sate kelinci), dan trekking ke puncak jika kondisi aman.
Taman Nasional Gunung Merapi juga memainkan peran penting dalam studi mitigasi bencana, karena sering digunakan sebagai zona monitor dan perlindungan dini terhadap aktivitas vulkanik.
- Lokasi:Terletak di Jl. Kaliurang KM 22,6, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Taman Wisata Alam Batu Gamping
Berikutnya yaitu ada Taman Wisata Alam (TWA) Batu Gamping, TWA ini juga mencakup Cagar Alam (CA) Batu Gamping, adalah salah satu geosite yang ditetapkan sebagai bagian dari Geopark Nasional Jogja bersama geosite dan biosite lainnya melalui Surat Keputusan Menteri ESDM RI No. 171.K/GL.01/MEM.G/2025 tertanggal 7 Mei 2025.
Total luas kawasan ini yaitu sekitar 1,084 hektar, yang terdiri dari Cagar Alam seluas 0,015 ha dan Taman Wisata Alam seluas 1,069 ha, sebagian besar berupa lahan persawahan dan kering yang telah dikonversi menjadi area konservasi sejak ditetapkan pada tahun 1982 dan 1989.
Area ini juga sebelumnya dikelola sebagai tanah magersari milik Keraton Yogyakarta yang beralih fungsi menjadi kawasan konservasi sejak akhir 1980-an.
TWA Batu Gamping ditemukan sekitar 64 jenis flora (pohon, bambu, herba) dan berbagai fauna seperti bajing kelapa serta 16 jenis burung, termasuk cekakak sungai dan burung madu yang dilindungi.
- Lokasi:di Dusun Gamping Tengah, Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, DIY.
3. Cagar Alam Batu Gamping
Selanjutnya ada biosite Cagar Alam (CA) Batu Gamping, CA ini adalah monumen batu gamping dari era Eosen Akhir (sekitar 40–33 juta tahun lalu), kaya akan fosil bentonik seperti foraminifera besar (pellatispira dan nummulites), moluska, koral, dan bryozoa, sehingga menjadi salah satu bukti perjalanan geologi awal pembentukan Pulau Jawa.
Kemudian Batuan ini memiliki retakan dengan kristalisasi mineral kalsit, menunjukkan proses geokimia penting pada masa lampau.
Secara historis, Gunung Gamping menjadi sumber batu kapur utama Yogyakarta, dipergunakan membangun Kraton, Benteng Baluwarti, Istana Air Taman Sari, dan industri gula abad ke-19 dengan penggunaan skala besar (pada tahun 1860 dipakai ± 361,5 ton kapur).
Menariknya, sata tahun 2016 mencatat terdapat 2 jenis paku-pakuan dan 6 jenis lumut, tumbuh langsung pada batu gamping.
Selain itu, fauna serangga seperti laba-laba dan semut juga ditemukan walaupun jenisnya belum diidentifikasi secara spesifik.
- Lokasi: di Dusun Gamping Tengah, Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
4. Cagar Alam Imogiri
Berikutnya ada biosite CA Imogiri, topografi Kawasan ini ditandai dengan perbukitan struktural Baturagung, yang merupakan bagian dari dataran tinggi selatan Pulau Jawa hasil proses pengangkatan dan patahan geologis.
Uniknya, vegetasi dominan ada tanaman seperti kayu putih, jati, mahoni, sonokeling, kenanga, yang tumbuh secara alami sejak kawasan ini awalnya dikelola sebagai hutan produksi pada era 1945.
CA Imogiri memiliki peranan penting sebagai zona penyangga atau buffer zone bagi Kompleks Makam Raja‑Raja Imogiri.
Posisi lingkungannya yang strategis menjaga integritas makam dari risiko longsor atau kerusakan alam.
- Lokasi: di wilayah Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
5. Suaka Margasatwa Sermo
Terakhir, ada biosite Suaka Magasatwa Sermo, kawasan ini dulunya merupakan bagian dari hutan produksi, lalu diubah menjadi kawasan lindung sejak tahun 2000-an.
Menariknya, vegetasi di Kawasan ini ada setidaknya 171 jenis tumbuhan berkayu, seperti jati, mahoni, kayu putih, sonokeling, akasia, dan pulai.
Terdapat juga arboretum bambu dengan sekitar 12–13 jenis bambu.
Fauna yang diidentifikasi mencakup 28 jenis burung dari 19 famili yaitu di antaranya Elang Brontok, Elang Ular Bido, Burung Madu Kelapa, Cekakak Sungai, dan Cekakak Jawa—5 di antaranya dilindungi.
Termasuk pula kehadiran kijang (Muntiacus muntjak) serta berbagai jenis amfibi dan reptil seperti Draco volans, Gekko gecko, dan lainnya sebanyak 5 jenis amfibi dan 13 jenis reptile.
- Lokasi: di wilayah Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta, mencakup tiga kalurahan: Hargowilis, Hargorejo, dan Karangsari di Kecamatan Kokap dan Pengasih.
Bagimana unik dan menarik, bukan? Sebagai warga Indonesia khususnya masyarakat Jogja kita harus bangga dengan dtetapkannya situs biosite oleh Kementerian ESDM.