HAIJOGJA.COM – Kereta api yang dirancang khusus untuk wisatawan mancanegara di Indonesia biasanya melintasi jalur-jalur ikonik yang menyuguhkan keindahan alam, sejarah, dan budaya lokal.

Jalur ini melewati daerah-daerah dengan panorama sawah hijau, pegunungan, serta kota-kota bersejarah yang kaya akan situs budaya dan arsitektur kolonial.

Kereta-kereta tersebut menawarkan kenyamanan kelas premium, termasuk fasilitas seperti makanan khas Indonesia, panduan wisata berbahasa asing, serta interior bernuansa tradisional yang memanjakan para pelancong.

Tingginya minat wisatawan asing terhadap layanan ini dipengaruhi oleh pengalaman perjalanan yang unik dan menyeluruh.

Mereka tidak hanya menikmati pemandangan indah dari balik jendela, tetapi juga diajak mengenal kearifan lokal melalui perhentian di stasiun-stasiun kecil yang jarang dijangkau turis biasa.

Selain itu, pelayanan ramah serta cerita-cerita lokal dari pramugara dan pemandu menjadi daya tarik tambahan yang membuat rute ini selalu ramai peminat, terutama pada musim liburan internasional.

7 Rute Kereta Api Turis Mancanegara di Indonesia yang Populer

Berikut 7 rute kereta api di Indonesia yang paling diminati turis mancanegara karena menawarkan pemandangan indah, pengalaman budaya, serta akses ke destinasi wisata populer:

1. Yogyakarta – Surabaya via Solo

Rute ini melewati destinasi budaya seperti Prambanan dan Keraton Solo, cocok bagi wisatawan yang ingin menjelajahi warisan budaya Jawa.

Rute kereta api Yogyakarta – Surabaya via Solo merupakan salah satu jalur favorit bagi turis mancanegara maupun domestik karena menghubungkan tiga kota besar yang sarat nilai sejarah dan budaya di Pulau Jawa.

Perjalanan ini umumnya ditempuh dalam waktu sekitar 5 hingga 6 jam, tergantung jenis kereta yang digunakan (eksekutif, bisnis, atau ekonomi).

Kereta akan berangkat dari Stasiun Tugu Yogyakarta, melintasi Stasiun Solo Balapan di Surakarta (Solo), lalu terus ke arah timur melewati kota-kota seperti Sragen, Ngawi, dan Madiun, sebelum tiba di Stasiun Gubeng atau Pasar Turi Surabaya.

Sepanjang jalur ini, penumpang disuguhi pemandangan khas pedesaan Jawa, sawah yang membentang, serta latar belakang pegunungan di kejauhan.

Selain itu, rute ini menghubungkan banyak destinasi wisata seperti Keraton Yogyakarta, Candi Prambanan, Keraton Kasunanan Surakarta, hingga tempat bersejarah di Surabaya seperti Tugu Pahlawan dan Kota Tua.

Rute ini dilayani oleh beberapa kereta populer seperti KA Sancaka, KA Bima, dan KA Mutiara Selatan, dengan frekuensi perjalanan yang cukup tinggi setiap harinya.

Keberadaan fasilitas modern dalam kereta serta kenyamanan perjalanan menjadikannya pilihan utama para turis yang ingin menjelajahi keindahan budaya Jawa secara praktis dan menyenangkan.

2. Jakarta – Yogyakarta via Purwokerto

Banyak turis memulai perjalanan dari ibu kota dan memilih jalur ini untuk menuju Yogyakarta, kota dengan beragam atraksi budaya dan sejarah.

Rute kereta api Jakarta – Yogyakarta via Purwokerto merupakan jalur populer bagi wisatawan mancanegara yang ingin menjelajahi Pulau Jawa bagian tengah dengan nyaman dan penuh pemandangan menarik.

Perjalanan ini biasanya dimulai dari Stasiun Pasar Senen atau Stasiun Gambir di Jakarta, lalu melintasi beberapa kota penting seperti Cirebon, Purwokerto, Kroya, hingga akhirnya tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta.

Durasi perjalanan berkisar antara 7 hingga 9 jam, tergantung jenis layanan kereta yang dipilih.

Selama perjalanan, penumpang akan menikmati pemandangan alam yang bervariasi—mulai dari area perkotaan, persawahan hijau membentang, hingga pegunungan dan jembatan panjang yang melintasi sungai besar, seperti di sekitar Sumpiuh dan Gombong.

Beberapa kereta yang melayani rute ini antara lain KA Taksaka, KA Bengawan, KA Fajar Utama Yogyakarta, dan KA Sawunggalih.

Jalur ini sangat diminati karena menghubungkan ibu kota dengan kota budaya Yogyakarta, menjadikannya pilihan utama bagi turis yang ingin merasakan kombinasi antara modernitas dan kekayaan budaya Jawa.

3. Bandung – Yogyakarta via Kroya

Rute ini menawarkan panorama pegunungan dan persawahan yang memukau, sekaligus menghubungkan dua kota dengan kekayaan kuliner dan seni.

Rute kereta api Bandung – Yogyakarta via Kroya merupakan jalur populer yang melintasi bagian selatan Pulau Jawa, menyuguhkan pemandangan alam yang memikat seperti perbukitan, hutan, dan persawahan.

Perjalanan dimulai dari Stasiun Bandung atau Kiaracondong, lalu melewati stasiun-stasiun penting seperti Tasikmalaya, Banjar, Sidareja, Maos, dan Kroya, sebelum masuk ke jalur utama menuju Kebumen, Kutoarjo, dan akhirnya tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta.

Rute ini dikenal sebagai jalur pegunungan, dan menawarkan sensasi perjalanan yang tenang dengan suasana alam yang menenangkan.

Beberapa kereta yang melayani rute ini antara lain KA Lodaya, KA Malabar, dan KA Turangga, dengan waktu tempuh sekitar 7 hingga 8 jam tergantung jenis keretanya.

KA Lodaya merupakan favorit banyak wisatawan karena tersedia dalam pilihan pagi dan malam, sedangkan KA Malabar dan Turangga dikenal karena kenyamanan dan fasilitas lengkapnya.

Rute ini sering dipilih oleh turis mancanegara yang ingin menikmati keindahan alam Jawa sambil menuju kota budaya seperti Yogyakarta dengan cara yang nyaman dan efisien.

4. Surabaya – Banyuwangi (Kereta Wijayakusuma / Mutiara Timur)

Jalur menuju ujung timur Pulau Jawa ini digemari turis yang akan menyeberang ke Bali, dengan pemandangan hutan dan pegunungan sepanjang perjalanan.

Kereta ini berangkat dari Stasiun Surabaya Gubeng (kadang juga mulai dari Pasar Turi di rute pagi) dan menuju Stasiun Banyuwangi Baru (Ketapang).

Jarak tempuhnya sekitar 308 km dan dilalui dalam waktu sekitar 6 hingga 6,5 jam.

Ada dua jadwal utama: keberangkatan pagi (sekitar pukul 09.00 WIB) dan malam (sekitar pukul 22.00 WIB), dengan durasi masing-masing sekitar 6 jam 15–20 menit.

Pada rute ini kereta berhenti di sejumlah stasiun besar dan menengah, antara lain Sidoarjo, Bangil, Pasuruan, Probolinggo, Tanggul, Rambipuji, Jember, Kalibaru, Kalisetail, Temuguruh, Rogojampi, sebelum akhirnya tiba di Banyuwangi Baru (Ketapang).

Layanan kelas yang tersedia adalah Eksekutif dan Bisnis (new generation), dengan fasilitas AC, TV LCD, tempat duduk reclining, colokan listrik, dan toilet.

Rute ini populer bagi wisatawan yang menuju Banyuwangi untuk menyambung ke Pulau Bali via feri di Ketapang, serta bagi pelancong yang ingin menikmati keindahan pantai selatan Jawa dan kota-kota antara Surabaya dan Banyuwangi.

5. Jakarta – Bandung (Kereta Argo Parahyangan)

Rute pendek namun populer ini menyuguhkan panorama perbukitan dan lembah yang indah, terutama di sekitar Padalarang dan Cikubang.

Kereta melayani perjalanan sepanjang ±166 km dari Stasiun Gambir atau Jatinegara (Jakarta) menuju Bandung, dengan waktu tempuh sekitar 2 jam 58 menit hingga 3 jam.

Sepanjang jalur, kereta berhenti di Bekasi, Purwakarta, dan Cimahi sebelum mencapai Bandung—untuk rute Bandung–Jakarta, hanya berhenti di Jatinegara, Bekasi, Purwakarta, dan Cimahi sebelum tiba di Gambir.

Setiap harinya melayani banyak sekali perjalanan bolak‑balik (hingga 34 trip), menjadi pilihan transportasi utama antara dua kota besar tersebut .

Kereta Parahyangan tersedia dalam tiga kelas layanan: Economy Premium, Executive, dan Panoramic.

Kelas economy menawarkan fasilitas dasar seperti AC dan audio‑video, sedangkan executive dilengkapi kursi reclining dengan lampu baca, meja lipat, bantal dan colokan listrik.

Kelas panoramic menyajikan jendela lebar dan pemandangan indah jalur pegunungan Priangan Barat seperti Cipularang, Jembatan Cisomang, dan Saksaat Tunnel—cocok untuk penumpang yang menyukai scenery selama perjalanan.

Tiket mulai dari sekitar Rp 150.000 untuk economy, dan Rp 200.000–250.000 lebih untuk kelas executive atau panoramic, tergantung jadwal dan kelas kereta.

6. Medan – Siantar – Parapat (menuju Danau Toba)

Jalur ini banyak digunakan turis yang ingin mengunjungi Danau Toba dan Pulau Samosir, kawasan wisata alam dan budaya Batak yang ikonik.

Rute kereta api Medan – Siantar – Parapat (menuju Danau Toba) dimulai dari Stasiun Medan, dilayani oleh KA Siantar Ekspres (atau Sireks) yang berangkat siang sekitar pukul 14.00 WIB dan tiba di Stasiun Pematang Siantar sekitar pukul 17.50 WIB, dengan durasi sekitar 3 jam 50 menit.

Pada jalur sebelumnya, saat ini ada hingga empat kali perjalanan harian PP Medan–Siantar yang memperluas pilihan jadwal bagi penumpang.

KA ini berhenti di puluhan stasiun perantara seperti Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, dan lainnya, melalui area pedesaan yang khas di Sumatera Utara.

Untuk melanjutkan menuju Danau Toba, yakni titik di Parapat, penumpang biasanya melanjutkan perjalanan dari Siantar menggunakan bus Damri—karena kereta belum mencapai Parapat.

Namun, ada rencana pemerintah dan KAI untuk membangun rel kereta dari Siantar hingga Parapat yang perkiraan akan menambah waktu total perjalanan Medan–Danau Toba menjadi sekitar 4,5 jam.

Jalur ini menawarkan rute yang tenang dan indah, melewati pemandangan pedesaan dan pegunungan, sangat cocok untuk wisatawan yang menyasar kawasan danau simbolis ini.

7. Makassar – Parepare (kereta Trans Sulawesi)

Meski masih baru, rute ini mulai diminati oleh turis domestik dan asing karena keunikannya sebagai bagian dari proyek kereta api pertama di Sulawesi.

Rute kereta api Makassar–Parepare, bagian dari pembangunan jalur Trans‑Sulawesi, menghubungkan Kota Makassar hingga Parepare sejauh sekitar 145 km, menggunakan rel lebar (standard gauge 1.435 mm) yang mendukung kecepatan hingga 200 km/jam.

Jalur ini mulai beroperasi terbatas pada Oktober–Desember 2022 (dari Garongkong ke Mangilu dan Maros), lalu diresmikan penuh pada 29 Maret 2023 oleh Presiden Joko Widodo.

Pada fase awal, sekitar 80–84 km telah aktif, melewati sekitar 10–11 stasiun antara lain Maros, Rammang‑Rammang, Mangilu, Labakkang, Ma’rang, Mandalle, Tanete Rilau, Barru, dan Garongkong.

Rangkaian KA melayani sekitar empat perjalanan bolak‑balik per hari, dengan waktu tempuh hanya sekitar 1,5 jam, jauh lebih cepat dibanding rute darat yang memakan 3 jam.

Setiap stasiun di jalur ini didesain sebagai pintu gerbang lokal—banyak di antaranya dekat destinasi wisata seperti Karst Rammang‑Rammang (dekat Stasiun Rammang‑Rammang), Pantai La Guna (Tanete Rilau), Sumpang Binangae (Barru), dan akses ke Bandara Sultan Hasanuddin melalui integrasi bus.

Rute ini tidak hanya mempercepat mobilitas manusia, tetapi juga mendukung pengangkutan logistik, karena relnya dirancang tanpa pelintasan sebidang dan memiliki toleransi beban hingga 25 ton per gandar—lebih berat dibanding rel di Jawa.

Sejak pembukaan, tingkat okupansi mencapai sekitar 75 %–100 % pada akhir pekan dan libur, dengan total penumpang mencapai hampir 260.000 hingga Februari 2024

Rute-rute tersebut tak hanya berfungsi sebagai transportasi, tapi juga sebagai cara menikmati keindahan lanskap dan kekayaan budaya Indonesia secara langsung dari balik jendela kereta.