HAIJOGJA.COM – Kerajaan Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan bersejarah yang pernah berdiri di Indonesia.

Dinasti-dinasti ternama seperti Syailendra pernah memerintah di kerajaan ini.

Penasaran dengan kisah lengkapnya? Simak ulasan sejarah Kerajaan Mataram Kuno berikut ini, mulai dari garis keturunan hingga runtuhnya kerajaan.

Dalam buku Ensiklopedi Raja-Raja dan Istri-Istri Raja di Tanah Jawa karya Krisna Bayu Adji disebutkan bahwa Kerajaan Mataram Kuno telah ada sejak abad ke-8.

Kerajaan ini juga dikenal dengan nama Mataram Hindu atau Medang, dengan pusat pemerintahan awal yang terletak di wilayah Yogyakarta.

Meskipun Kerajaan Mataram Kuno telah lama runtuh, warisan budayanya masih dapat ditemukan di berbagai lokasi di Pulau Jawa.

Berdasarkan Katalog Medang dari Museum Pleret, beberapa peninggalan pentingnya meliputi Candi Prambanan, Candi Kalasan, Candi Ratu Boko, dan Candi Mantup.

Kisah sejarah Kerajaan Mataram Kuno sangat menarik untuk ditelusuri lebih dalam.

Oleh karena itu, haijogja telah merangkum informasi lengkap seputar garis keturunan raja-raja, masa kejayaan, hingga keruntuhan kerajaan ini, dilansir dari Detik.

Silsilah Kerajaan Mataram Kuno

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, silsilah berarti asal-usul atau garis keturunan suatu keluarga yang biasanya disajikan dalam bentuk bagan.

Mengacu pada buku yang telah disebutkan sebelumnya, Kerajaan Mataram Kuno merupakan kelanjutan dari kekuasaan Raja Sanna.

Pada masa kekuasaan Sanna, Kerajaan Galuh yang ia pimpin mengalami serangan dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar, hingga akhirnya runtuh.

Keponakannya, Sanjaya, kemudian muncul sebagai penyelamat dan berhasil memulihkan stabilitas kerajaan. Dalam Prasasti Mantyasih, Sanjaya diakui sebagai raja pertama Kerajaan Mataram Kuno.

Sebelum memimpin Mataram Kuno, Sanjaya dikenal sebagai penguasa di beberapa wilayah seperti Sunda, Galuh, Kuningan, Galunggung, dan Kalingga.

Setelah meninggalkan daerah Jawa Barat, ia menyerahkan kekuasaan atas Sunda dan Galuh kepada putranya, Tamperan, sementara Kuningan dan Galunggung diberikan kepada putranya yang lain, Resi Guru Demunawan.

Kepemimpinan Sanjaya kemudian digantikan oleh Dinasti Syailendra. Raja pertama dari dinasti ini adalah Rakai Panangkaran, yang disebut-sebut berhasil mengambil alih kekuasaan dari Sanjaya.

Dinasti Syailendra memerintah secara turun-temurun hingga akhirnya kekuasaan jatuh ke tangan Dinasti Isyana.

Pada masa Dinasti Isyana, Mpu Sindok memindahkan ibu kota kerajaan ke Jawa Timur pada tahun 929 Masehi.

Berdasarkan informasi dalam Prasasti Turyyan, ibu kota yang baru terletak di daerah Tamwlang.

Mengutip dari laman resmi SMA Negeri 13 Semarang, Kerajaan Mataram Kuno yang di masa akhirnya dikenal sebagai Medang Kamulan, mengalami keruntuhan akibat serangan mendadak dari Kerajaan Sriwijaya.

Raja-Raja Mataram Kuno Berdasarkan Masa Pemerintahannya

Kerajaan Mataram Kuno mengalami dua fase utama pemerintahan, yaitu di wilayah Jawa Tengah dan kemudian berpindah ke Jawa Timur. Berikut susunan para raja yang pernah memerintah:

Periode Jawa Tengah

  • Sanjaya (717–760): Pendiri awal dinasti Sanjaya.
  • Rakai Panangkaran / Dyah Pancapana (760–775): Raja penerus Sanjaya.
  • Rakai Panunggalan / Dharanindra / Dharmatungga (775–800): Melanjutkan pemerintahan dengan perluasan kekuasaan.
  • Rakai Warak / Samaragrawira / Samaratungga (812–833): Tokoh penting dari Dinasti Syailendra.
  • Rakai Garung (832): Memerintah dalam masa transisi kekuasaan.
  • Pramodhawardhani (833–856): Ratu berpengaruh yang memperkuat pengaruh Dinasti Syailendra.
  • Rakai Pikatan / Empu Manuku (838–855): Suami Pramodhawardhani yang memperkuat kekuasaan dinasti Sanjaya.
  • Rakai Kayuwangi / Dyah Lokapala (855–885): Melanjutkan pembangunan kerajaan.
  • Rakai Panumwangan / Dyah Dewendra (885–887): Pemerintahannya berlangsung singkat.
  • Rakai Gurunwangi / Dyah Badra / Dyah Saladu (887): Penguasa dengan sedikit catatan sejarah.
  • Rakai Watuhumalang / Empu Teguh (894–898): Memimpin menjelang masa akhir di Jawa Tengah.
  • Rakai Watukura / Dyah Balitung (898–910): Raja yang dikenal memperkuat administrasi kerajaan.
  • Rakai Hino / Empu Daksa (910–919): Raja transisi menjelang akhir periode Jawa Tengah.
  • Rakai Layang / Dyah Tulodong (919–921): Salah satu raja dengan masa pemerintahan singkat.
  • Rakai Sumba / Dyah Wawa (924–928): Raja terakhir sebelum perpindahan pusat kerajaan.
  • Mpu Sindok (928–929): Tokoh penting yang memindahkan ibu kota kerajaan ke Jawa Timur.

Periode Jawa Timur

  • Mpu Sindok (929–947): Pendiri Dinasti Isyana dan penguasa pertama di Jawa Timur.
  • Isanatunggawijaya (947–9xx): Putri Mpu Sindok yang melanjutkan kepemimpinan.
  • Makutawangsa Wardhana (9xx–985): Penguasa selanjutnya dari Dinasti Isyana.
  • Dharmawangsa Teguh (985–1007): Raja terakhir Mataram Kuno sebelum keruntuhannya.

Masa Kejayaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno mencapai puncak kejayaannya ketika dipimpin oleh Sri Dharmatungga, yang juga dikenal sebagai Rakai Panunggalan.

Pada masa ini, wilayah kekuasaan kerajaan berhasil meluas hingga mencapai kawasan Semenanjung Malaya.

Tak hanya mengalami kemajuan dari sisi ekspansi wilayah, kerajaan ini juga mencatat perkembangan pesat dalam berbagai bidang seperti politik, budaya, seni, kehidupan sosial, dan ilmu pengetahuan.

Di bawah kepemimpinan Dinasti Syailendra, Mataram Kuno terus mengalami kemajuan signifikan.

Beberapa pencapaian besar yang terjadi antara lain penaklukan wilayah Kamboja dan pembangunan Candi Borobudur yang megah.

Keruntuhan Mataram Kuno: Periode Jawa Tengah

A. Kejatuhan Mataram Kuno di Wilayah Jawa Tengah

Dalam buku Jejak Peradaban Kerajaan Hindu Jawa karya Prasetya R disebutkan bahwa runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah dipicu oleh konflik internal keluarga kerajaan.

Perselisihan ini bermula setelah wafatnya Raja Samaratungga.

Setelah kematian sang raja, Dewi Tara, istri Samaratungga, memiliki seorang putra bernama Balaputeradewa yang menolak kepemimpinan Rakai Pikatan atas Mataram Kuno.

Ketidakterimaannya itu mendorong Balaputeradewa untuk memberontak dan menentang kekuasaan Rakai Pikatan.

Namun, perlawanan tersebut berakhir dengan kekalahan.

Balaputeradewa akhirnya diusir dan sempat bertahan di kawasan Candi Ratu Boko.

Sayangnya, situasi yang tidak mendukung membuatnya harus pergi ke Sumatra, di mana ia kemudian naik takhta sebagai raja Kerajaan Sriwijaya.

Setelah merasa cukup kuat, Balaputeradewa melakukan serangan balasan.

Saat serangan itu terjadi, Mataram Kuno tengah menghadapi krisis akibat letusan dahsyat Gunung Merapi yang menyebabkan kerusakan besar dan melemahkan kerajaan.

Dalam situasi yang kacau tersebut, Mpu Daksa melakukan kudeta terhadap Raja Dyah Balitung.

Kekacauan politik yang tak kunjung reda akhirnya mendorong Mpu Sindok untuk memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur.

Sejak saat itulah, berdiri Kerajaan Medang Kamulan, yang dikenal juga sebagai fase lanjutan Mataram Kuno di wilayah Jawa Timur.

B. Kejatuhan Mataram Kuno di Jawa Timur (Medang Kamulan)

Kerajaan Medang Kamulan yang didirikan oleh Mpu Sindok mengalami kehancuran akibat serangan mendadak dari pasukan Kerajaan Wurawuri.

Peristiwa ini terjadi pada tahun 1016 Masehi, tepat ketika Raja Dharmawangsa sedang mengadakan pesta besar.

Di tengah kemeriahan acara tersebut, pasukan Wurawuri yang mendapat dukungan dari prajurit Sriwijaya tiba-tiba menyerbu istana.

Meskipun pasukan Medang mencoba melakukan perlawanan, kekuatan mereka tidak cukup untuk membendung serangan itu.

Dalam penyerbuan tersebut, Raja Dharmawangsa terbunuh.

Kematian sang raja menandai berakhirnya kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno yang telah berjaya selama sekitar dua abad.

Demikianlah rangkaian sejarah Kerajaan Mataram Kuno, mulai dari asal-usul dinasti hingga masa keruntuhannya.