KRT Jayaningrat Wafat, Yogyakarta Kehilangan Sosok Penjaga Nilai Spiritual dan Budaya
HAIJOGJA.COM – KRT Jayaningrat wafat pada Senin, 16 Juni 2025, di RS Bethesda Yogyakarta, meninggalkan duka mendalam bagi Keraton Yogyakarta dan masyarakat luas.
Kabar duka datang dari Keraton Yogyakarta dan komunitas pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Jayaningrat, putra dari mendiang GBPH H. Joyokusumo dan adik Sri Sultan Hamengku Buwono X, meninggal dunia pada Senin sore, 16 Juni 2025, di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Informasi mengenai wafatnya KRT Jayaningrat awalnya tersebar melalui pesan singkat dan ungkapan belasungkawa yang menyebar luas di kalangan keluarga keraton serta pelaku pariwisata.
Rumah duka berada di nDalem Joyokusuman, kawasan Kraton Yogyakarta. Detail lebih lanjut masih menunggu pernyataan resmi dari pihak keluarga.
DPD Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY turut menyampaikan belasungkawa melalui akun Instagram resmi mereka, seraya mendoakan agar amal kebaikan almarhum diterima oleh Allah SWT dan keluarga diberikan ketabahan.
Semasa hidup, KRT Jayaningrat dikenal sebagai tokoh spiritual dan budaya yang berperan penting dalam menyelaraskan nilai-nilai Islam dengan tradisi Jawa secara modern dan inklusif.
Beliau menjabat sebagai Penghageng Kawedanan Hageng Pengulon, lembaga yang mengurus aspek keagamaan, masjid, makam, dan situs-situs spiritual milik keraton.
Tak hanya aktif di lingkup internal keraton, beliau juga sering terlibat dalam berbagai kegiatan keagamaan masyarakat, seperti ritual labuhan, serta menjadi sosok utama dalam mempromosikan Islam yang berakar kuat pada kebudayaan Jawa.
KRT Jayaningrat dipandang sebagai tokoh yang mampu menjembatani nilai-nilai tradisional dan kehidupan masa kini.
Dengan pandangan yang terbuka, beliau menjadi figur penting dalam membangun dialog antarbudaya dan keberagamaan di Yogyakarta.
Kepergiannya meninggalkan kesedihan mendalam, bukan hanya bagi keluarga keraton, tetapi juga bagi masyarakat luas yang mengenal beliau sebagai sosok pemimpin spiritual yang bersahaja dan penuh dedikasi.
Warisan nilai-nilai yang ditanamkan semasa hidupnya akan terus menjadi bagian penting dari budaya Yogyakarta.
Garda Depan Keraton dalam Urusan Keagamaan
Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Jayaningrat adalah sosok penting di Keraton Yogyakarta yang dikenal sebagai benteng utama dalam urusan keagamaan.
Ia menjabat sebagai Penghageng Kawedanan Ageng Pengulon, sebuah posisi strategis yang serupa dengan kementerian agama di lingkungan keraton.
Dalam perannya, ia bertanggung jawab mengelola lebih dari 100 masjid, 150 makam, dan berbagai petilasan sakral yang tersebar di wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.
Pada 27 Desember, ia resmi dilantik sebagai Penghageng Pengulon, menegaskan komitmennya tidak hanya dalam merawat situs-situs fisik warisan leluhur, tetapi juga menghidupkan kembali ritus keagamaan Islam Jawa dalam keseharian masyarakat.
Tugas yang diemban KRT Jayaningrat mencakup empat aspek utama dalam Kawedanan Pengulon: kemesjidan (masjid), pasarean (makam), pengkajian keagamaan, dan tata laksana ritual.
Ia menghadapi tantangan besar seperti keterbatasan sumber daya dan upaya mempertahankan fungsi asli masjid-masjid Kagungan Dalem yang banyak telah beralih kepemilikan.
Di bawah kepemimpinannya, kegiatan keagamaan seperti Pengajian Ahad Ponan, Jumat Legi, manaqiban, hingga sema’an Al-Qur’an rutin digelar dan melibatkan ribuan jemaah.
Kawedanan Pengulon juga menjadi pelaksana utama berbagai upacara agung keraton seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Labuhan, hingga Hadeging Nagari (peringatan berdirinya Keraton Yogyakarta).
KRT Jayaningrat adalah putra dari almarhum GBPH Jayakusuma, adik kandung Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Ia mewarisi semangat ayahandanya dalam menyebarkan Islam Jawa yang inklusif dan modern, dan memulai pengabdiannya di Keraton sebagai Abdi Dalem sejak 2007.
Perjalanan kariernya dimulai dari Panitrapura, kemudian menjadi carik di Rantamharto, hingga akhirnya bergabung di Pengulon.
Sejak tahun 2014, perannya kian menonjol ketika fungsi keagamaan dikembalikan secara utuh ke Kawedanan Pengulon.
Ia bahkan rela meninggalkan bangku kuliah di UII untuk mendampingi ayahnya yang sedang sakit, sebuah pengalaman yang kemudian ia kenang sebagai bekal spiritual dan sejarah yang berharga.
Dalam pengabdiannya, Kanjeng Jaya adalah sosok yang total.
Ia melepaskan seluruh urusan pribadi dan jabatan organisasi, bahkan menyerahkan urusan rumah tangga sepenuhnya kepada sang istri demi mengabdikan hidup sepenuhnya untuk Keraton.
Dari subuh hingga malam, ia tak kenal lelah menjalankan tugas-tugasnya, seolah energi dan semangatnya tak pernah habis.
Prinsip hidupnya sederhana namun mendalam: menjaga budaya dan martabat Keraton sebaik-baiknya. Pesan sang ayah, “Siap menjadi bumper Ngarso Dalem,” menjadi pedoman hidup yang terus ia pegang.
KRT Jayaningrat juga memiliki kepedulian besar terhadap generasi muda.
Ia kerap berpesan agar tidak melupakan akar budaya dan kearifan lokal, sebab budaya adalah sumber moral dan jati diri bangsa.
Kini, meskipun KRT Jayaningrat telah berpulang, dedikasi dan semangat pengabdiannya tetap hidup dalam denyut spiritual dan budaya Keraton Yogyakarta, menjadi teladan abadi bagi mereka yang ingin menjaga warisan leluhur dengan tulus dan total.
Profil KRT Jayaningrat
Nama Lengkap: Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Jayaningrat
Nama Ayah: Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) H. Joyokusumo
Hubungan Keluarga: Adik dari Sri Sultan Hamengku Buwono X
Tempat Kediaman: nDalem Joyokusuman, Jalan Rotowijayan, Kraton, Yogyakarta
Tanggal Wafat: Senin, 16 Juni 2025
Tempat Wafat: RS Bethesda, Yogyakarta