Kenali 7 Motif Batik Khas Jogja Lengkap dengan Filosofi, Aturan Pemakaian, dan Ciri Uniknya
HAIJOGJA.COM – Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dikenal bukan hanya lewat destinasi wisata dan kulinernya, tetapi juga melalui kekayaan motif batiknya.
Puluhan motif batik khas dapat ditemukan di Kota Jogja maupun kabupaten sekitarnya.
Menariknya, batik Jogja memiliki aturan khusus dalam pemakaian. Beberapa motif diperuntukkan kalangan ningrat, sementara lainnya bisa dikenakan masyarakat umum.
Selain aturan tersebut, tiap motif batik juga menyimpan filosofi yang mendalam.
Motif Batik Khas Jogja
1. Batik Kawung
Batik kawung menampilkan motif bulatan menyerupai buah kawung yang tersusun rapi secara geometris.
Filosofinya adalah kesempurnaan, kemurnian, dan kesucian sebagaimana dijelaskan Dinas Kebudayaan DIY.
Motif kawung awalnya ditemukan pada ukiran dinding candi seperti Prambanan, kemudian berkembang pesat dari segi warna dan ukuran.
Motif ini juga dikenakan tokoh wayang Semar.
Dalam aturan pemakaian, batik kawung hanya boleh dikenakan oleh sentana dalem, yakni kerabat dan keturunan raja yang sedang berkuasa menurut dokumen Universitas Sebelas Maret.
2. Batik Parang
Motif parang adalah ikon batik Jogja. Museum Sonobudoyo menjelaskan bahwa namanya berasal dari kata Jawa yang berarti pedang, melambangkan kekuatan dan keberanian.
Selain itu, motif parang juga bermakna keseimbangan hidup, harmoni, kreativitas, dan inovasi.
Pada masa Kerajaan Mataram, motif ini hanya dipakai bangsawan.
Kini masyarakat umum juga memakainya, meski aturan ketat masih berlaku di lingkungan keraton.
3. Batik Huk
Motif huk ditetapkan sebagai batik larangan pada masa Sri Sultan HB VII.
Berbeda dengan kawung dan parang, huk adalah batik nongeometris yang menampilkan berbagai bentuk, mulai dari hewan hingga tumbuhan.
Dalam Jurnal Corak karya Anna Galuh Indreswari dijelaskan bahwa kerang melambangkan kelapangan hati, sementara cakra menjadi simbol penjaga dunia.
Secara keseluruhan, huk dimaknai sebagai perlambang budi luhur serta kepemimpinan yang cepat dan jernih dalam berpikir.
Di keraton, batik huk hanya boleh dikenakan oleh raja dan putra mahkota.
4. Batik Sinom Parijotho Salak
Batik khas Sleman ini terinspirasi dari buah parijotho dan salak, sebagaimana dijelaskan Dinas Perindustrian & Perdagangan Sleman.
Filosofinya adalah harapan akan kesejahteraan masyarakat di bawah pemimpin bijak.
Dengan warna cokelat, putih, dan kuning, motif ini muncul pertama kali pada Pameran Potensi Daerah 2014 karya Susilo Radi Yunianto dan Isdianto.
Saat ini motif sinom parijotho salak sudah memiliki hak cipta resmi.
5. Batik Geblek Renteng
Motif batik khas Kulon Progo ini menampilkan geblek, makanan tradisional setempat, dengan kombinasi warna biru dan putih.
Menurut keterangan Perpustakaan Universitas Brawijaya, desainnya juga dihiasi bunga mekar dan manggis, flora khas kabupaten tersebut.
Pola naik turun yang dipakai menggambarkan topografi Kulon Progo yang beragam, mulai dari pantai hingga pegunungan.
6. Batik Gringsing
Batik gringsing berasal dari Bantul dan berarti “tidak sakit” (gering + sing). Menurut Jurnal DKB tulisan Noor Sulistyobudi, motif ini sudah ada sejak abad ke-16.
Motif turunan gringsing berkembang luas, seperti gringsing terbuka ceplok kembang, gringsing terbuka buketan, hingga gringsing tertutup lung kembang.
Ragam desainnya mencakup kupu-kupu, bunga, burung prenjak, hingga perkutut.
Dahulu, batik ini adalah batik keraton yang hanya boleh dikenakan kalangan tertentu.
7. Batik Walang Jati Kencono
Batik khas Gunungkidul ini mengangkat belalang sebagai motif utama.
Jurnal Gorga karya I Made Sukanadi menjelaskan bahwa desainnya terdiri dari kepala, badan, sayap, serta kaki belalang kayu.
Motif ini juga dihiasi daun jati yang memperindah tampilan.
Menurut tulisan ilmiah Anisa Aulia dan Wawan Budi Setyawan, batik walang jati kencono mencerminkan kekayaan alam Gunungkidul, di mana belalang dan pohon jati mudah dijumpai.
Ciri Khas Batik Jogja
Berdasarkan tulisan ilmiah Batik Yogyakarta dalam Era Revolusi Industri 4.0 oleh Rakyan Widhowati Tanjung dkk serta dokumen Universitas Sebelas Maret, ciri khas batik Jogja meliputi:
– Mayoritas motif berbentuk geometris.
– Setiap motif menyimpan makna filosofis.
– Aturan pemakaian berbeda sesuai acara dan status sosial.
– Motif cenderung berukuran besar dan lebih sederhana daripada batik Solo.
– Dominasi warna soga, biru, dan putih.