Kebocoran Soal ASPD SMP di Yogyakarta, Fakta Terbaru dan Tanggapan Resmi
HAIJOGJA.COM – Dunia pendidikan dikejutkan oleh dugaan kebocoran soal ASPD SMP di Yogyakarta.
Dugaan kebocoran soal ASPD SMP di Yogyakarta ini mencuat setelah dua soal literasi numerik beredar sebelum pelaksanaan ujian.
ASPD akronim dari Asesmen Standarisasi Pendidikan Daerah yang dikembangkan oleh pemerintah DIY untuk mengukur capaian belajar siswa pada jenjang tertentu.
Dugaan ini muncul setelah dua soal identik dengan soal resmi ASPD tersebar dalam sesi latihan tambahan pada 3 Mei 2025.
Setelah investigasi, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY menyatakan bahwa soal bocor berasal dari file VHD ASPD yang seharusnya hanya dapat diakses pada hari-H ujian.
Kepala Disdikpora DIY, Suhirman, menyatakan “Ada dua soal yang identik berasal dari soal final ASPD. Soal ini tidak berasal dari soal mentah yang disusun tim penyusun. Jadi benar ada kebocoran.”
Ia juga menambahkan “Kami sudah mendapatkan pengakuan dari guru yang membocorkan. Yang bersangkutan mengakses file VHD secara ilegal dan mengambil soal untuk diberikan kepada siswa.”
SMP Negeri 10 Yogyakarta sempat menjadi sasaran tudingan, namun telah memberikan klarifikasi resmi.
Kepala SMPN 10, Edy Thomas Suharta, mengatakan “Saya pastikan bukan guru kami yang membocorkan soal. Memang ada guru kami yang ikut menyusun soal, tapi bukan soal yang bocor.”
Disdikpora turut menegaskan hal ini. Suhirman menambahkan “Guru dari SMPN 10 tidak menyusun soal yang bocor. Selain itu, setelah kami klarifikasi, siswa SMPN 10 tidak menerima soal itu dalam bentuk apapun.”
Meskipun ada kebocoran, Disdikpora DIY menilai dampaknya terbatas dan tidak akan mengulang ujian.
“Dua soal tersebut kami anggap sebagai bonus. Kami tidak ingin menyulitkan siswa yang telah bersungguh-sungguh belajar.”
“Kami akan memperbaiki sistem keamanan, terutama untuk pelaksanaan moda semi online dan akses ke file VHD,” imbuhnya.
Kekecewaan atas kasus ini juga dirasakan oleh para siswa. Sejumlah pelajar SMP sempat turun ke jalan pada 7 Mei 2025 untuk menyuarakan protes.
Salah satu perwakilan pelajar, yang tidak disebutkan namanya oleh media, menyatakan “Kami merasa tidak adil jika ada yang mendapatkan soal sebelum ujian. Ini mencoreng semangat belajar kami.”