Jogja Dinyatakan Bebas Penyakit Frambusia, Apa Itu?
HAIJOGJA.COM — Kota Jogja dinyatakan bebas penyakit frambusia oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Sertifikat predikat bebas penyakit frambusia diserahkan Kemenkes kepada Wali Kota Jogja Hasto Wardoyo pada 20 Agustus 2025 lalu sebagai bagian dari upaya besar dalam memberantas penyakit tropis terabaikan di Indonesia.
Predikat serupa juga diberikan kepada 89 kabupaten/kota lain di Indonesia, dan sejumlah daerah lainnya menerima penghargaan atas pengendalian penyakit seperti kusta dan filariasis.
Dalam acara tersebut, Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono menegaskan bahwa pencapaian ini merupakan bagian dari perjalanan panjang menuju Indonesia yang lebih sehat.
“Untuk kusta saja, butuh tiga tahun tidak ada penderitanya, begitu juga dilariasis dan frambusia. Sehingga diperlukan orkestra yang dijalankan dengan penuh perencanaan yang matang di tingkat daerah,” ungkapnya.
Ia juga memberikan apresiasi kepada pemerintah daerah, tenaga medis, serta masyarakat yang telah bekerja keras dalam eliminasi penyakit tropis ini.
Wakil Wali Kota Jogja, Wawan Harmawan, juga mengungkapkan rasa bangga atas pencapaian tersebut.
Kota Yogyakarta berhasil meraih sertifikat bebas frambusia setelah tiga tahun berturut-turut tidak ditemukan kasus penyakit ini.
“Namun, masih ada kasus kusta dan filariasis yang harus kita tangani. Pemkot akan terus hadir bersama masyarakat, memastikan layanan kesehatan dan memberikan edukasi secara maksimal,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Jogja Emma Rahmi Aryani menambahkan bahwa dalam tiga tahun terakhir, tidak ada kasus frambusia yang ditemukan melalui skrining di sekolah maupun rumah sakit.
Apa Itu Frambusia?
Sebagai informasi, frambusia adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum pertenue.
Utamanya, bakteri ini menyerang kulit, tulang, dan sendi.
Penyakit ini paling umum ditemukan di daerah tropis dan dapat menular melalui kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi.
Meskipun dapat menyerang siapa saja, frambusia lebih sering terjadi pada anak-anak yang tinggal di daerah dengan kebersihan rendah dan memiliki gaya hidup yang kurang sehat.
Gejala dan Penyebab Frambusia
Penyakit frambusia dapat dikenali dari gejala-gejala awal seperti munculnya benjolan atau kutil pada kulit yang disebut frambesioma, terutama di area kaki atau bokong.
Kutil ini biasanya berwarna cokelat atau kemerahan, tidak menyakitkan, namun bisa menimbulkan rasa gatal.
Pembengkakan kelenjar getah bening juga umum terjadi, bersama dengan ruam yang membentuk kerak tebal di kulit.
Frambusia disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, yang juga menjadi penyebab sifilis.
Meskipun keduanya disebabkan oleh bakteri yang sama, frambusia tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyakit ini umumnya ditularkan melalui kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi.
Faktor Risiko dan Pencegahan
Frambusia lebih sering terjadi pada anak-anak berusia antara 2 hingga 5 tahun yang tinggal di daerah tropis dengan sanitasi yang buruk.
Gaya hidup yang kurang bersih, seperti jarang mencuci tangan dan menjaga kebersihan lingkungan, menjadi faktor risiko utama penyakit ini.
Oleh karena itu, langkah pencegahan yang paling efektif adalah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi.
Diagnosis dan Pengobatan
Penyakit frambusia biasanya dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis, riwayat perjalanan, serta pemeriksaan fisik.
Tes darah dan sampel jaringan dari kutil kulit dapat membantu memastikan adanya infeksi Treponema pallidum.
Pengobatan utama untuk frambusia adalah dengan antibiotik, biasanya penisilin, yang diberikan dalam bentuk suntikan.
Pada kasus-kasus tertentu, jika pasien alergi terhadap penisilin, dokter akan memberikan alternatif seperti azitromisin atau tetracycline.