HAIJOGJA.COM — Pemerintah Kota Jogja mulai meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi.

Hal ini dalam rangka menghadapi musim hujan yang diprediksi disertai cuaca ekstrem.

Melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), berbagai langkah mitigasi mulai diterapkan, termasuk peningkatan jumlah alat peringatan dini dan pelatihan di wilayah rawan bencana.

Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta Nur Hidayat menyampaikan bahwa musim hujan tahun ini diperkirakan membawa risiko cuaca ekstrem yang perlu diantisipasi sejak dini.

“BMKG telah mengingatkan sejak Agustus lalu tentang potensi peralihan musim. Bahkan hujan deras sudah mulai turun, dan dampaknya terlihat dari kasus rumah roboh, pohon tumbang, hingga genangan air di beberapa titik,” ujar Nur Hidayat, Jumat (19/9/2025).

Periode antara September hingga November 2025 diprediksi menjadi fase paling rawan, terutama dengan kemungkinan hujan lebat yang disertai angin kencang.

169 Kampung Tangguh Bencana dan 26 Sistem Peringatan Dini di Kota Jogja

Dalam rangka meningkatkan kesiapan masyarakat, BPBD mengaktifkan 169 Kampung Tangguh Bencana (KTB) yang tersebar di seluruh kemantren.

Setiap KTB telah dilengkapi dengan pelatihan mitigasi bencana, simulasi evakuasi, dan pemanfaatan sarana pendukung untuk mendukung penanganan saat situasi darurat terjadi.

Dari sisi teknologi, Kota Yogyakarta kini mengoperasikan 26 unit Early Warning System (EWS) yang dipasang di tiga sungai utama: Sungai Code, Winongo, dan Gajahwong.

Tahun ini, sembilan unit otomatis telah dipasang menggantikan sistem manual.

“Oktober nanti akan ada simulasi penggunaan EWS untuk melatih kesiapan warga saat debit air sungai meningkat,” jelas Nur Hidayat.

Selain penguatan sistem peringatan dini, BPBD juga secara rutin melakukan pengecekan terhadap peralatan evakuasi, sensor, dan sarana penunjang lainnya di setiap KTB.

Koordinasi lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pun terus dilakukan.

Dinas PUPKP bertugas memperbaiki sistem drainase dan talud rawan longsor, sementara DLH menangani pemangkasan pohon besar dan membersihkan selokan agar tidak terjadi penyumbatan aliran air.

Peta Wilayah Risiko Bencana di Kota Jogja

Data BPBD menunjukkan bahwa hampir seluruh wilayah kemantren di Yogyakarta memiliki potensi bencana yang berbeda-beda.

Banjir dan genangan air berisiko tinggi terjadi di wilayah bantaran Sungai Code seperti Gondokusuman, Jetis, dan Gedongtengen; di sepanjang Sungai Winongo seperti Tegalrejo, Ngampilan, dan Mantrijeron; serta di wilayah Sungai Gajahwong meliputi Umbulharjo dan Kotagede.

Wilayah yang memiliki risiko tanah longsor antara lain Kotagede, Umbulharjo, dan Kraton.

Sementara itu, jalur protokol yang ditumbuhi pepohonan besar seperti Jalan Kusumanegara, Wahid Hasyim, dan Kyai Mojo, berpotensi mengalami insiden pohon tumbang.

Langkah Antisipatif dari Pemkot Yogyakarta Menjelang Musim Hujan

Bersama dengan itu, Nur Hidayat mengimbau masyarakat turut serta melakukan upaya mitigasi jelang musim hujan.

“Kalau rumah kelihatan rapuh segera diperbaiki, pohon miring sebaiknya ditebang. Jangan menunggu bencana datang, segera laporkan ke petugas jika ada potensi bahaya. Pertahanan pertama ada pada kesadaran kita sendiri,” tegas Nur Hidayat.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD, Iswari Mahendrarko, menambahkan bahwa pihaknya telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 100.3.4.4/1155 yang ditujukan kepada masyarakat dan KTB sebagai panduan menghadapi potensi cuaca ekstrem.

“Tujuannya agar masyarakat lebih waspada sekaligus terlibat aktif dalam upaya pencegahan. Karena tanpa partisipasi warga, penanganan bencana tidak akan maksimal,” jelas Iswari.